Kemarin pagi menjelang siang sehabis olahraga jalan kaki di Lapangan Saparua, Bandung, Penyair Majenun mampir ngopi di Morgy Coffee by Contrast di Jl. Anggrek No. 6, Bandung.  Eh, ternyata di Galeri Ruang Dini di sebelahnya, lagi ada pameran seni rupa.Â
Galeri Ruang Dini adalah salah satu seni kontemporer lokal galeri. Didirikan lebih dari dua tahun lalu, galeri mempertahankan program yang beragam dengan pameran tunggal oleh beberapa generasi seniman dan perkebunan terkemuka berlokasi di Bandung.
Penyair Majenun yang cuma bisa menikmati tanpa pernah punya pemahaman dasar tentang bagaimana mengapresiasi karya seni. Berikut oleh-oleh hasil penikmatan karya-karya perupa dalam exhibition yang diberi tajuk OVER THE WALLÂ tersebut.
DEGEHA
Degeha adalah seniman muda Bali yang sedang naik daun. Karya khasnya terinspirasi oleh ilustrasi tradisional Bali & Jepang dengan semangat budaya pop, simbol sakral, dan mitologi.
Karyanya yang dipamerkan: DAWON & WASUKI (2020)
AGUS SUWAGE
Sebagai seniman profesional, Agus Suwage mulai menarik perhatian penikmat seni rupa Indonesia maupun mancanegara dengan karya-karyanya yang memasukkan gaya dan karakter gambar ke dalam seni lukis. Akhir-akhir ini karya-karyanya menjadi sangat khas, menawarkan potret diri sang seniman dalam berbagai pose dan setting yang kerap menyampaikan pesan-pesan kritis terhadap persoalan sosial politik di sekitarnya. Karya-karyanya menunjukkan poin kuat konseptual karena secara ekstensif mengambil pendekatan apropriasi.Â
Ada 2 (dua) karyanya yang dipajang pada eksibisi ini: CLEANING THE MIRROR - AFTER MARINA ABRAMOVIC (2021)Â dan SIRKUS DEMOKRASI (2021).
  Â
EDDIE HARA
Eddie Hara adalah seniman kontemporer Indonesia terkemuka yang sukses baik di dalam negeri maupun internasional dengan daftar panjang pameran di acara seni bergengsi: Seni Jakarta, Art Basel Hongkong, Art Paris, Art Philippines, dan Art Stage Singapore.
Sesuai dengan predikat 'The Punk Uncle'Â seni rupa kontemporer Indonesia, Eddie Hara sukses membawa karya-karyanya yang terinspirasi oleh anti-kemapanan & subkultur ke pusat dunia seni. Gayanya yang unik seperti komik, pengaruh seni brutal,
dengan pesan sosial dan lingkungan telah menarik perhatian banyak kolektor dan penggemar.
 Ada 2 (dua) karyanya yang dipajang pada eksibisi ini: JOYFUL RITES OF SPRING (2020) dan DESTROY BAD ART (2020).Â
KEMALEZEDINEÂ
Kemalezedine selalu memukau pemirsa dengan caranya memvisualisasikan konsep seninya dalam rentang gaya yang luas. Lahir di Yogyakarta dan kini bertempat tinggal di Bali, ia juga merupakan bagian dari kelompok gerakan Neo-Pitamaha yang mengkaji dan bereksperimen pada seni rupa lukisan Indonesia dan lukisan-lukisan Bali.
Kemalezedine memfokuskan dirinya untuk berkreasi dan mengeksplorasi dunia seni lukis-lukisan. Ekspresi dramatisnya terhadap karya-karyanya sejalan dengan konsepnya yang kuat tentang identitas sosial manusia yang terkait dengan budaya, religiusitas, dan politik.
2 (dua) karyanya yang dipajang pada eksibisi ini adalah OUR EXISTENCE WITHIN A SCENE 10Â (2020)Â dan OUR EXISTENCE WITHIN A SCENE 11Â (2020).Â
MELLA JAARSMAÂ
Mella Jaarsma dikenal karena instalasi kostumnya yang rumit dan fokusnya pada bentuk keragaman budaya dan ras yang tertanam dalam pakaian, tubuh dan makanan.
Lahir di Belanda pada tahun 1960 dan belajar seni visual di Minerva Academy, Groningen. Kemudian meninggalkan Belanda untuk belajar di Institut Seni Jakarta dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Â
Mella telah hidup dan bekerja di Indonesia sejak saat itu.Â
Pada tahun 1988, bersama Nindityo Adipurnomo  ikut mendirikan Rumah Seni Cemeti di Yogyakarta.
3 (tiga ) karyanya yang dipajang dalam eksibisi ini adalah CARRY YOUR HISTORY 2 (2021), PERTAMA ADA HITAM (2021), dan TERAKHIR ADA PUTIH (2021).Â
SIR DANDYÂ
Sir Dandy adalah seniman visual yang juga vokalis band indie alternatif Indonesia Teenage Death Star, kini bersolo karier dengan gaya pop-indie-nya.
Pada karya seni visualnya, ia bermain-main dengan teknik lukis dan sablon. Pernah disebut Andy Warhol Indonesia oleh media, karya Sir Dandy mewakili rasa pop-art yang kuat.
3 (tiga ) karyanya yang dipajang dalam eksibisi ini adalah I REMEMBER WHEN (2020), DON'T THINK YOU'RE THE FIRST (2020), dan WHO'S GONNA FIND ME (2020).Â
SOCIAL NOTE
BLACK HAND GANG X
UJI HAHAN X UMA GUMMA
Social Note (Uang Kertas Sosial) adalah proyek seni oleh Uji Handoko Eko Saputro a.k.a Hahan dan Adi Kusuma alias Uma Gumma. Proyek ini adalah pengamatan dan catatan pemikiran umat manusia dan praksis dalam mencapai kekayaan dan mencapai kemakmuran.
Social Note diproduksi oleh Black Hand Gang Studio sebagai kolaborator menggunakan teknik silk screen pada Archival 100% Cotton Paper dengan tanda khusus seperti benang pengaman, tinta ultraviolet dan tinta fluoresens.
3 (tiga ) karyanya yang dipajang dalam eksibisi ini adalah BUNDLE OF TEN SN300, BUNDLE OF TEN SN500, dan COLLECTOR TRANSPARENT FRAMES.
Â
Saat berada di lokasi, tidak ada orang yang bisa memberi penjelasan, jadi penulis menggunakan pembaca barcode QRÂ untuk mendapat informasi tentang eksibisi. Â Â
Bandung, 28 November 2022
*Informasi dan ilustrasi disarikan dari katalog exhibition
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H