"Liontinku? Tetapi-"
Miko mengangguk. "Cepat!"
Dengan jari gemetar, Tiwi menarik rantai kalungnya. Aku memegang liontin dan cincinnya erat-erat. Air menjadi jernih, dan dia bisa melihat sosok-sosok panjang dan ramping melesat melewati mereka.
Miko membelai kulit hiu yang lewat. "Perutnya putih."
"Hiu Putih Raksasa," bisik Zaki.
"Apa yang kamu lakukan, Mik?" tanya Tiwi ketakutan.
"Kalu dia makan gue, paling nggak dia udah kena duluan."
"Gila kamu!" teriak Tiwi. Jelas sudah, Miko akan terus sembrono, bahkan ketika menghadapi kematian.
Lokomotif raksasa berenang melewati Tiwi. Tangannya mengepal, dan dia bersiap untuk bertarung. Ini pasti mimpi, semacam mimpi buruk. Tiwi memejamkan mata dan membukanya kembali, tapi hiu-hiu itu masih mengepungnya.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H