Tiwi menunggu Miko  membuka jalan, tetapi cowok itu tidak bergerak.
"Apa yang kamu tunggu?" dia bertanya dengan suara tegang.
Mata Miko melotot. "Mereka menghalangi jalan ke pantai!"
Tiwi terkesiap.
Zaki mengangkat kepalan tangan. "Lawan! Satu saja menyerang, beri bogem mentah di moncong, mata, atau insangnya."
Sebuah sirip punggung besar lewat beberapa inci dari kaki Tiwi, meluncur di air seperti torpedo.
"Wi, buang cincin perak lu!" kata Zaki.
"Apa?" Tiwi menelan ludah. "Me-mengapa?"
"Karena berkilau hiu nyangkain itu sisik ikan."
Tanpa bartanya lebih lanjut, Tiwi melepaskan cincinnya.
"Buang kalungnya juga!" kata Miko.