Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas-Tak-Bertuan (X)

20 November 2022   17:51 Diperbarui: 22 November 2022   17:33 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalika menghembuskan napas panjang, meringkuk di dalam mantelnya sehingga hanya mata dan rambutnya yang terlihat di atas kerah. Tangannya yang cacat tersembunyi di dalam lengan baju. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Setelah beberapa kali menarik dan menghembuskan napas, dia berkata, "I-itu mengerikan. Keluargamu semuanya tewas?"

Malin bertanya-tanya apa yang telah dia lewatkan. Apakah Alira mengatakan tentang itu?

"Bapakku. Suamiku. Anak-anakku. Ya. Tapi orang-orang yang menguasai lembah masih bernapas. Ibuku. Seorang saudara laki-laki, seorang paman, dan seorang saudara perempuan. Mereka musuhku. Mereka membunuh suamiku dalam perjalanan ke sini. Bersama bayang-bayang yang menjadi bagian diri kami, mereka membuang tubuhnya ke laut seperti sampah. Sekarang dia salah satu dari bayangan."

SI Manusia Insang mencium benda hitam di meja, memeluknya sampai kemudian benda itu meluncur kembali ke kursi di sampingnya. "Dia menemukanku lagi. Suamiku kembali padaku. Kesepakatan yang kami buat dengan kaum bayangan adalah kami tidak boleh dapat dipisahkan. Kesepakatan dengan mereka yang ada di atas di kapal adalah sesuatu yang lain. " Dia menepuk punggung Lalika.

Malin membiarkan rambutnya jatuh tergerai, membiarkan ikal rambutnya bermain-main ditiup angin dari jendela, menyembunyikan rasa jijiknya, karena dia membenci semua yang tersirat dari Alira.

Apakah dia memang bersikap baik kepada Lalika, atau punya niat luar biasa jahat? Malin ingin berteriak dan melakukan sesuatu. Dia meraba busur pendek yang dia simpan di bawah meja, berharap racun kalajengking yang diolehkan di ujung mata panahnya dapat membunuh si Gadis Duyung. Namun dia ragu bayangan itu akan terpengaruh oleh upas atau ujung tajam anak panah dan khawatir jika dia membunuh si Manusia Insang, bayang-bayang itu akan merasukinya.

Bunyi desis berbisik di belakang lehernya, menggumamkan bahwa ketakutannya benar. Gelombang pikiran yang datang dari bayang-bayang dan bukan dari hati nuraninya. Dia menahan diri agar bahunya jangan sampai bergidik.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun