Lalika menghembuskan napas panjang, meringkuk di dalam mantelnya sehingga hanya mata dan rambutnya yang terlihat di atas kerah. Tangannya yang cacat tersembunyi di dalam lengan baju. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Setelah beberapa kali menarik dan menghembuskan napas, dia berkata, "I-itu mengerikan. Keluargamu semuanya tewas?"
Malin bertanya-tanya apa yang telah dia lewatkan. Apakah Alira mengatakan tentang itu?
"Bapakku. Suamiku. Anak-anakku. Ya. Tapi orang-orang yang menguasai lembah masih bernapas. Ibuku. Seorang saudara laki-laki, seorang paman, dan seorang saudara perempuan. Mereka musuhku. Mereka membunuh suamiku dalam perjalanan ke sini. Bersama bayang-bayang yang menjadi bagian diri kami, mereka membuang tubuhnya ke laut seperti sampah. Sekarang dia salah satu dari bayangan."
SI Manusia Insang mencium benda hitam di meja, memeluknya sampai kemudian benda itu meluncur kembali ke kursi di sampingnya. "Dia menemukanku lagi. Suamiku kembali padaku. Kesepakatan yang kami buat dengan kaum bayangan adalah kami tidak boleh dapat dipisahkan. Kesepakatan dengan mereka yang ada di atas di kapal adalah sesuatu yang lain. " Dia menepuk punggung Lalika.
Malin membiarkan rambutnya jatuh tergerai, membiarkan ikal rambutnya bermain-main ditiup angin dari jendela, menyembunyikan rasa jijiknya, karena dia membenci semua yang tersirat dari Alira.
Apakah dia memang bersikap baik kepada Lalika, atau punya niat luar biasa jahat? Malin ingin berteriak dan melakukan sesuatu. Dia meraba busur pendek yang dia simpan di bawah meja, berharap racun kalajengking yang diolehkan di ujung mata panahnya dapat membunuh si Gadis Duyung. Namun dia ragu bayangan itu akan terpengaruh oleh upas atau ujung tajam anak panah dan khawatir jika dia membunuh si Manusia Insang, bayang-bayang itu akan merasukinya.
Bunyi desis berbisik di belakang lehernya, menggumamkan bahwa ketakutannya benar. Gelombang pikiran yang datang dari bayang-bayang dan bukan dari hati nuraninya. Dia menahan diri agar bahunya jangan sampai bergidik.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H