"Ratna Dadali, si artis tunangan David Raja. Dia sudah banyak berbicara, tapi semuanya bohong. Kali ini aku harap dia akan mengatakan yang sebenarnya. Aku pikir bos harus ikut."
"Baik," kata Joko. "Jam berapa?'
"Beri aku waktu sekitar satu jam untuk bicara dengannya," kataku. "Jika bos datang sekitar pukul tujuh, bos harus menangkapnya dalam kerangka berpikir yang benar untuk meluruskan banyak hal."
"Aku akan ke sana," dia berjanji, dan mengusirku dengan anggukan singkat saat dia beralih ke setumpuk dokumen.
***
Ratna  dengan santai dan bahagia duduk di sofa di ruang tamuku. Penampilannya merupakan gambaran yang sempurna sebagai seorang artis selebriti. Mengenakan gaun sutra biru yang memamerkan lekuk tubuh yang luar biasa dengan sempurna, dengan sepatu kets biru laut, memamerkan betis berbalut stocking nilon yang sangat indah. Aku bertanya-tanya bagaimana seorang wanita cantik yang begitu tenang dan begitu cerdas bisa menjadi begitu bodoh.
Aku menuangkan gin dan vermouth ke dalam jar, menambahkan es, mengaduknya, lalu menuangkan sebagian besar ke dalam gelas untuknya.
Ratna menyesap dan wajahnya berubah kecut. "Sayang, bukankah ini kebanyakan?"
"Memang," kataku. "Santai aja. Kita merayakan pesta perpisahan."
"Pesta perpisahan? Memang siapa yang pergi?"
"Aku. Aku akan pindah negara."