Joko meneleponku pagi-pagi keesokan harinya untuk mengatakan bahwa dia punya kabar untukku.
"Aku juga punya sesuatu," kataku.
Setelah mengeluarkan mobilku dari garasi, aku melaju ke Jl. Thamrin.
"Mulai terjadi pergerakan," kata Joko segera setelah aku masuk ke ruangannya. "Steben Damanik tewas dibunuh. Aku rasa dia sudah berbicara denganmu."
Selalu mengejutkan mendengar kematian seseorang yang kamu temui sehari sebelumnya. Aku mencengkeram lengan kursi dan berkata, "Dia memang bicara denganku. Bagaimana hal itu terjadi?"
"'Jelas mereka mengejarnya. Dia pasti diikuti ke tempatmu tadi malam. Ketika dia kembali ke showroomnya, mereka sudah menunggunya. Dua peluru bersarang di dadanya. Dia tewas pagi ini dalam ambulans yang membawanya ke rumah sakit."
"Tidak ada saksi?"
Na menggelengkan kepalanya. Dia tampak agak cemas, lalu mengubah topik pembicaraan. "Apa yang kamu punya untukku?" tanyanya.
"Seseorang akan berbicara malam ini," kataku muram. "Aku khawatir tidak akan bisa menanganinya dengan baik."
"Siapa dia?"