Kedua cowok itu tertawa dan bertukar tinju.
Tiwi menatap Miko. "Aku benci kalau kamu menghilang di bawah air terlalu lama, terutama sekarang karena kita tinggal bertiga." Dia menunjuk ke sekeliling mereka. "Kita tidak tahu di mana ini. Bagaimana kalau nggak aman?"
"Don't worry," kata Miko, menyapu permukaan air seolah-olah dia punya semacam rencana brilian yang sedang berputar di kepalanya. Mungkin dia sedsng membayangkan dirinya keluar dari sana dengan berpegangan pada sirip punggung ikan paus, dan Tiwi tahu belum pernah ada program tamasya seperti itu. Lumba-lumba, ya, tapi ikan sebesar kapal selam? Kalau ada mungkin tidak begitu banyak.
Miko memeluknya dan menyerahkan jaket pelampungnya ke gadis itu. "Pegang ini untuk gue, oke? Dan cobalah untuk jangan nampak sedih gitu. Ini bukan goodbye. Selain itu, apa yang mungkin salah?"
"Kamu mau aku buat daftar yang panjangnya satu kilometer?" balas Tiwi.
Miko menyeringai lebar, lalu menarik napas beberapa kali sebelum satu tarikan panjang, dan terjun ke bawah air yang memercik tinggi.
Tiwi berseru dengan cemas. "Miko, hati-hati!"
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H