Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kasus Sang Harimau (Bab 54)

14 November 2022   13:00 Diperbarui: 14 November 2022   12:58 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Steben muncul setelah aku membunyikan klakson, dan aku menyuruhnya untuk mengisi Mercedes Benz E200. Dia menatap mobil itu dengan kekaguman yang tak terselubung.

'Mobil bagus," katanya membanting tutup tangki bensin. "Tidak buruk, kan?" kataku. 'Baru saja kubeli kemarin."

"Hmm," Steben berdehem. "Jalan berapa?"

"Baru sekitar lima ribu kilo."

"Serius?" matanya melebar karena iri. "Berapa yang kamu bayar untuk ini?"

"Empat ratus juta."

"Wow!" kata Steben terpesona.

"Harga yang bagus, ya?" tanyaku dengan naif.

"Harga yang bagus? Murah, kataku."

"Aku beli dari teman," aku menjelaskan. "Suaminya baru saja meninggal. Sebenarnya dia masih punya dua mobil lagi dan aku rasa yang dua itu lebih murah daripada ini. Sebenarnya cita-citaku Ferrari."

"Seharusnya temanmu tanya dulu sama beberqapa showroom untuk tahu harga jual yang menguntungkan dia," komentar Steben mengelus-ngelus kap mobil Mercedes.

Aku menatapnya. Kalau kamu bertemu dia, mungkin bisa mendapatkan mobil lain dengan harga murah.

"Ada yang lain?" dia bertanya dengan penuh semangat.

"Lexus LS.".

"Aha!" Steben berseri-seri. "Umur berapa?"

"Baru setahun, kurasa. Kondisinya bagus."

Steben menatap Mercedes dengan iri. "Mau, sih, melihat Lexus itu."

Aku pura-pura berpikir sejenak.

"Begini saja. Kamu datang ke tempatku malam ini dan kita sama-sama melihatnya. Kamu akan aku memperkenalkan ke temanku dan selanjutnya terserah Anda. Bagaimana?"

Steben tampak senang. "Baik, Pak Handaka," katanya. "Aku akan datang."

Aku memberinya kartu nama. "Itu alamatku," kataku. "Datanglah  sekitar jam tujuh."

"Aku akan ke sana," dia meyakinkanku, memasukkan kartu itu ke dalam sakunya. Lalu melambai dengan riang saat aku meluncur pergi.

***

Untuk menghormatiku dan temanku sebagai calon potensial kliennya, Steben mencukur klimis brewoknya dan mengenakan baju dengan kerah yang nyaris bersih.

"Aku minta maaf, kawan. Kalau saja kamu datang lebioh cepat, mungkin kamu yang dapat Lexus itu," kataku dengan tampang sedih yang dibujat-buat.

"Maksudmu, seseorang sudah duluan membelinya?" tanyanya dengan mulut melongo.

"Begitulah," kataku dengan tetap memasang wajah sedih. "Dia beli seharga seratus dua puluh juta. Aku rasa yang beli seorang makelar."

"Makelar sialan!" serunya dengan nada jijik. "Aku berani ambil lebih mahal lima juta. Dasar  bajingan!"

Aku menuangkan bir dingin penuh-penuih ke dalam gelas dan menyerahkannya kepada Steben. Dengan nada menyesal, aku berkata, "Yah, sudah begitu jalannya."

Dia menggelengkan kepalanya. 'Terima kasih, Pak." Dia menelan ludah dengan kesal, lalu bergumam, "Sial, padahal aku sudah mendapatkan calon pembelinya. Lumayanlah untuk nambah-nambah modal."

Kembali aku mengisi ulang gelasnya yang tinggal separuh.

"Tapi," kataku santai, "kalau cuma untuk untung mendadak, aku tahu bagaimana kamu bisa mengantongi dua juta sekarang juga!" Aku menjentikkan jari secara dramatis.

Steben mendongak dari pandangannya yang muram ke karpet ruang tamu.

"Apa syaratnya?" tanyanya.

"Kamu hanya perlu memberitahuku apa yang terjadi dengan BMW 532i yang kujual padamu," kataku pelan.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun