Steben muncul setelah aku membunyikan klakson, dan aku menyuruhnya untuk mengisi Mercedes Benz E200. Dia menatap mobil itu dengan kekaguman yang tak terselubung.
'Mobil bagus," katanya membanting tutup tangki bensin. "Tidak buruk, kan?" kataku. 'Baru saja kubeli kemarin."
"Hmm," Steben berdehem. "Jalan berapa?"
"Baru sekitar lima ribu kilo."
"Serius?" matanya melebar karena iri. "Berapa yang kamu bayar untuk ini?"
"Empat ratus juta."
"Wow!" kata Steben terpesona.
"Harga yang bagus, ya?" tanyaku dengan naif.
"Harga yang bagus? Murah, kataku."
"Aku beli dari teman," aku menjelaskan. "Suaminya baru saja meninggal. Sebenarnya dia masih punya dua mobil lagi dan aku rasa yang dua itu lebih murah daripada ini. Sebenarnya cita-citaku Ferrari."