"Aku harus menelepon Steben dan memberitahunya bahwa kamu ada di sini. Dan hanya itu yang aku lakukan."
"Lelaki yang bernama Kujang," kataku, "yang datang ke sini dan berbicara dengaku, apakah pernah melihatnya sebelumnya?"
Emak Ema menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Tidak, sayang, aku tak pernah melihatnya. Aku juga kaget waktu dia masuk. Aku rasa dia orangnya Steben, melihat bagaimana dia mengatur semuanya."
"Apakah kamu bertemu Steben sejak terakhir kali aku di sini?"
"Ya," jawabnya. "Dia datang ke sini sore itu juga. Aku bertanya siapa laki-laki perlente itu, dan dia bilang kamu dari dealer mobil saingan. Steben bilang dia mencoba membeli mobil darimu, tetapi kamu tidak mau menjualnya."
"Dan kamu percaya padanya?"
Mak Ema mengangkat bahunya yang bergelambir. "Entahlah," jawabnya ragu-ragu. "Aku agak curiga juga sebetulnya. Aku pikir kalian bertiga mungkin terlibat dalam bisnis gelap, mobil curian atau yang semacam itu."
"Begitu," kataku, menatapnya dengan penuh perhatian.
Ma jelas bingung dengan pertanyaanku.
"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya, sayang," dia bersikeras. "Aku yakin apa yang kulakukan gtidak melanggar hukum."
"Kamu sangat bijaksana, Mak," kataku.