Ratna menatapku dan aku bisa melihat penderitaan di matanya. Dia berkata dengan gemetar, "David memintaku untuk melakukannya. Dia memberiku deskripsi kaleng itu dan memberi tahu bahwa--" dia tersendat dan suaranya menghilang ke dalam kesunyian.
"Ceritakan sisanya," kataku. "Dan dengan jujur."
Dia berbicara dengan serbuan kata-kata yang tiba-tiba. "Aku tidak berpikir, Han. David memberikan detail kaleng tembakau dan memintaku untuk memotretnya. Tampaknya tidak berbahaya."
Dia mencengkeram lenganku. "Han, aku sangat menyesal. Seharusnya aku memberitahumu tentang itu. Aku menyadarinya sekarang."
"Oh, sudahlah," kataku. "David memberitahumu mengapa dia menginginkan foto itu?"
Ratna menggelengkan kepalanya. "Nggak."
"Kamu tahu mengapa dia menginginkannya?"
"Nggak, aku sama sekali nggak tahu. Percayalah padaku, Han. Kamu percaya aku, kan?"
"Terus terang," aku menjawab, "Sama sekali tidak."
"Tapi itu kenyataannya!"
"Sekarang, dengarkan aku," kataku serius. "Kamu tahu? Orang-orang yang terlibat dengan David tidak main-main. Kalau kamui tahu sesuatu tentang mereka -- apa saja -- maka sebaiknya kamu memberi tahuku sebelum terlambat."