Tak lama kemudian, dia sudah berdiri di pintu depan dan aku mengajaknya ke ruang tamu.
"Ada apa, sih, Han? Kedengarannya serius amat?" tanyanya santai. Dia duduk mengatur posisi untuk keuntungan terbaiknya di kursi berlengan dan sedikit mengangkat alisnya. "Kamu bilang kamu punya kejutan untukku. Aku harap itu kejutan yang menyenangkan."
"Itu tergantung kamu sendiri, Rat," kataku.
Aku mengeluarkan foto itu dari dompet dan menyodorkannya padanya. Foto yang sangat bagus, ya? Aku harus mengucapkan selamat padamu untuk skill fotografimu. Aku tidak pernah tahu bahwa itu adalah salah satu keahlianmu."
Ratna menatap foto itu dengan tajam. "Oh, Han..." katanya memelas.
"Setop sandiwaranya," kataku masam. "Dan jangan coba-coba bilang kalau bukan kamu yang mengambil foto itu, karena aku melihatmu. Aku rasa aku pantas mendapatkan penjelasan."
"A--aku nggak tahu harus berkata apa," gumamnya tak berdaya.
"Katakan sesuatu!" bentakku . "Mengapa kamu memotretnya?"
"Aku nggak tahu."
Matanya tertunduk dan jari-jari tanggnay memutar saputangan di tangannya.
"Aku tanya mengapa kamu mengambil foto itu," kataku datar. "Sekarang, jawab dengan jujur."