"Baiklah, kalau memang itu kemauan David," kataku. "Akhir dari persahabatan yang indah. Dia berhak menjalankan hidupnya sendiri, kurasa. Tapi bagaimana denganmu? Apakah kamu bertemu dengannya lagi?"
"Aku tidak tahu,"jawab Ratna datar.
"Kalian masih bertunangan, bukan? David tidak akan begitu bodoh memutuskanmu begitu saja."
Ratna tersenyum lemah. "Aku juga tidak tahu pasti. Waktu ketemu hari Jumat, kami tidak terlalu ramah. Sama sekali bukan seperti pasangan yang ideal."
Dia melihat jam. "Han, aku harus buru-buru. Kapan-kapan kita makan siang bareng. Bagaimana kalau minggu ini? Kalau memungkinkan."
"Baiklah," aku menyetujui. "Untuk waktunya, aku akan menghubungimu."
Dia tersenyum  dengan cara yang bisa membuat para pria bertekuk lutut. Namun, senyum itu hanya membuatku mangkel.
"Bagaimana pertunjukannya?" tanyaku saat kami berjalan ke luar apartemenku. "Gala premier minggu depan," katanya. "Kamu tidak tahu?"
"Tidak," kataku. "Sorry, aku kurang mengikuti berita show business."
Dia meringis."Aku akan senang kalau kamu hadir."