Aku kepikiran David Raja. Jelas dia sama sekali tidak ingin bertemu denganku, sama jelasnya dia entah bagaimana mengetahui bahwa aku berada di Anyer.
Aku mengutuk diriku sendiri karena tidak melacak panggilan itu, dan kemudian menyadari bahwa kemungkinan besar David Raja telah menggunakan telepon umum.
Pikiranku tentang David pupus dengan kehadiran Kirana. Dia cantik seperti biasa.
Danar pergi keluar malam itu, jadi kami menikmati kesempatan langka makan malam bersama. Dengan anggapan bahwa aku datang ke Anyer terutama untuk menemuinya, dia menyiapkan barbeque ala Korea. Aku memutuskan untuk menjadi pria sopan untuk tidak mengecewakannya. Dia benar-benar juru masak yang luar biasa. Belum lagi sebagai gadis paling cantik yang pernah saya temui dalam waktu yang cukup lama.
***
Minggu pagi itu cuaca cerah dan matahari bersinar terang. Aku bisa mendengar Bu Sulis sibuk dengan penyedot debunya saat aku berbaring di bak mandi.
Keluar dari bak mandi dan bercukur, dalam perjalanan ke kamar tidur aku berseru, "Bu Sulis, aku menunggu seseorang jam sebelas. Bisa selesai jam setengah sepuluh?"
Dia menatapku dengan pandangan mencela, dan dengan nada yang digunakan wanita kepada pria ketika mendiskusikan pekerjaan rumah tangga, dia berkata, 'Baiklah, Tuan. Tapi bagaimana dengan kamar tidurnya?'
"Kamar tidur bisa besok saja," kataku.
Tepat pukul sebelas kurang dua menit, bel pintu depan berbunyi.