Jendela restoran menutup dengan sendirinya. Angin puting beliung bertiup di dalam ruangan. "Kamu mengambil semua yang aku cintai, perempuan jalang," desis Mbah Doko. Senyumnya menghilang. "Dan sekarang, aku akan mengambil semua yang kamu sukai, satu per satu, mulai dari penyihir kecilmu itu."
Citraloka melambaikan tangannya dan selarik api biru meluncur ke arah Mbah Doko. Tapi mereka sudah tidak lagi berada di dalam restoran.
Mereka ada di tepi pantai. Berdua.
Terdampar, tak berdaya.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H