Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 38)

16 Oktober 2022   15:00 Diperbarui: 17 Oktober 2022   10:53 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi aku tidak melakukannya," rengek direktur. "Aku bersumpah, aku tidak melakukannya.."

"Persetan, Cuma kau pelakunya! Kau satu-satunya di ruangan ini yang punya alasan untuk melakukannya," kata anggota dewan ketika kerumunan orang lain mulai mengelilingi meja direktur.

Mendorong tumpukan kertas dan dokumen ke lantai untuk menyebarkannya, anggota dewan menyaksikan dengan takjub ketika salah satunya langsung berasap dan terbakar. Sebelum ada yang bisa memadamkan api, salah satu dari mereka telah mengambilnya. Nyala api menjalar ke tangannya dan dia melambaikan kertas-kertas itu dengan panik untuk memadamkannya. Secangkir air terbang di udara diikuti oleh semburan asap saat nyala api dipadamkan. Telah dipastikan ini adalah hari kerja terakhir direktur dalam karirnya menuju rumah pensiun. Tidak ada yang menghirimkan karangan bunga terima kasih.

Menatap kertas tua yang aneh itu, orang-orang melihat kertas itu Kembali membara meskipun masih basah. Air Kembali ditumpahkan dari sekitarnya karena semua gelas yang masih di tangan berkontribusi mencegah kembalinya api.

"Surat apa itu?" salah satu pria tersedak saat asap terus menguar.

Berjuang untuk membuka perkamen sebelum kembali menyala, mereka saling berpandangan dengan bingung ketika akhirnya mereka berhasil membukanya.

"Aku tidak bisa membaca apa-apa isi surat itu," adalah kesepakatan bersama mereka yang hadir di situ pada hari itu.

Tidak ada yang bisa menerjemahkan pesan Salman Rusydi.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun