"Tapi aku tidak melakukannya," rengek direktur. "Aku bersumpah, aku tidak melakukannya.."
"Persetan, Cuma kau pelakunya! Kau satu-satunya di ruangan ini yang punya alasan untuk melakukannya," kata anggota dewan ketika kerumunan orang lain mulai mengelilingi meja direktur.
Mendorong tumpukan kertas dan dokumen ke lantai untuk menyebarkannya, anggota dewan menyaksikan dengan takjub ketika salah satunya langsung berasap dan terbakar. Sebelum ada yang bisa memadamkan api, salah satu dari mereka telah mengambilnya. Nyala api menjalar ke tangannya dan dia melambaikan kertas-kertas itu dengan panik untuk memadamkannya. Secangkir air terbang di udara diikuti oleh semburan asap saat nyala api dipadamkan. Telah dipastikan ini adalah hari kerja terakhir direktur dalam karirnya menuju rumah pensiun. Tidak ada yang menghirimkan karangan bunga terima kasih.
Menatap kertas tua yang aneh itu, orang-orang melihat kertas itu Kembali membara meskipun masih basah. Air Kembali ditumpahkan dari sekitarnya karena semua gelas yang masih di tangan berkontribusi mencegah kembalinya api.
"Surat apa itu?" salah satu pria tersedak saat asap terus menguar.
Berjuang untuk membuka perkamen sebelum kembali menyala, mereka saling berpandangan dengan bingung ketika akhirnya mereka berhasil membukanya.
"Aku tidak bisa membaca apa-apa isi surat itu," adalah kesepakatan bersama mereka yang hadir di situ pada hari itu.
Tidak ada yang bisa menerjemahkan pesan Salman Rusydi.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H