Aku melukis gambar tentang dia. Lalu menunjukkannya padanya pada suatu hari Sabtu, setelah dia pulang kerja. Setelah mengerjakannya cukup lama, akhirnya memutuskan lukisan itu selesai. Aku tahu aku sudah selesai dengan lukisan itu, bahwa aku tidak akan menambah atau mengurangi apa pun, tetapi aku masih belum seratus persen yakin dia siap untuk melihatnya.
Tapi hari itu telah tiba.
Cantik sekali, pasti begitu pikirnya. Sangat rinci. Dia tahu pasti butuh waktu lama untukku menyelesaikannya. Itu adalah lukisan tentang dia dan kantornya, dari sudut yang tinggi sehingga semua bilik tampak seperti kotak kosong berisi cokelat. Sangat akurat. Dia bisa melihat Donna dari akuntansi, headphone, menonton sesuatu di Netflix di mejanya. Di sebelahnya ada Amir, menyebarkan remahan kripik singkong dari jari-jarinya ke keyboard.
Dan kemudian ada biliknya. Dia bisa melihat dirinya sendiri, dari atas, tidak menyadari bahwa dia sedang diawasi. Dan dalam lukisan itu dia terlihat sangat sedih. Cahaya di biliknya berbeda dari cahaya di tempat lain, sebagai pusat semesta , tepat di mana mata langsung tertuju. Setidaknya itu niatnya.
Di sanalah dia, bermandikan cahaya biru yang bersinar dari atas mengisi ruangnya, pilar safir, menembus bagian atas bingkai. Dalam cahaya, sosoknya membungkuk di atas beberapa dokumen. Tangan menumpu mata kanannya. Dia praktis bisa mendengar desahannya sendiri.
Dia menatap lukisan itu untuk waktu yang lama. Aku memperhatikan saat dia menerimanya, gugup tapi bangga, setengah tersenyum. Ekspresinya lebih sulit untuk dibaca. Aku tidak tahu apakah dia menyukainya atau tidak, tetapi berasumsi hatinya tersentuh. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh kanvas. Catnya kering --- cat minyak --- dan rasanya pastilah sebagian besar seperti yang dia harapkan. Ekspresinya tetap netral.
Kemudian dia mencakar lukisan itu, menggaruk dengan kukunya, sisa-sisa pesta akhir pekan itu. Satunya hilang. Wajahnya masih tidak terbaca, dia melanjutkan untuk menendangnya, gerakan bela diri yang cepat. Dia merobek kanvas dengan tumit sepatu kerjanya. Buinyi suara robekan membelah ruangan.
Dia kehilangan keseimbangan sedikit dan aku melangkah untuk menenangkannya.
Aku kaget dan bingung. Pada lukisanku yang detail sekarang terdapat lubang acak, di atas dan di sebelah kiri tempat biliknya berada, tepat menembus dispenser. Dia menatapku. Air matanya menggenang.
"Cantik sekali," katanya.
Dia sepenuhnya dalam pelukanku dan aku memeluknya erat. Wajahnya dibenamkan di dadaku, di bahu kaos Topeng Guy Fawkes yang bernoda cat. Aku berhasil tertawa.
"Sekarang sudah betul," kataku.
Dia tertawa juga.
Syukurlah, dia tertawa juga. Dan kami berbalik menghadap lukisan itu.
Air mata masih meleleh di pipinya. Lengannya melingkari punggungku, tanganku melingkari pinggangnya. Kami tersenyum dan melihat lukisan kolaborasi yang kami buat.
"Maafkan aku," katanya, menyeka matanya hingga kering dengan lengan bajunya. "Aku hanya berpikir itu butuh sedikit sentuhan."
"Eh," aku mengangkat bahu. "Aku lupa kalau dispensernya bocor. Sulit untuk mendapatkan melukis air mengalir dengan cat minyak."
"Oh, kamu sudah bagus. Meski aku tak kaget kalua ke sana kakiku melayang. Sapuan kuas paling ceroboh dalam karya ini."
"Mungkin lebih kalau kamu membidiknya dulu. Aku pikir itu menambahkan elemen 3D yang bagus."
"Ya, kamu menangani hal-hal perspektif dengan sangat baik, tetapi robekan itu mengingatkan bahwa pengamat sedang melihat kanvas datar."
"Aku pikir itu berhasil. Mungkin itu akan menjadi gaya lukisanku seterusnya. Elemen dunia seniku. Tiket makan kita. Jangan buang sepatumu samapai kapan pun."
"Ini adalah sepatu yang biasa aku pakai untuk bekerja, cocok dengan apa pun. Aku tidak akan pernah bermimpi untuk menyingkirkannya, bahkan jika bukan untuk menjadi alat penendang karya seni."
Aku berbalik padanya dan tersenyum. Mata masih berkilauan dengan sisa air mata.
"Selamat ulang tahun, penendang karya seni yang cantik."
Bandung, 16 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H