Hari Minggu siang dan mereka kembali ke rumah dari jalan-jalan ke taman tak jauh dari rusunawa.
Mama Rano menyajikan nasi putih dan sup ayam yang telah dipanaskan. Sup ayam dimasaknya Sabtu malam dan menanak nasi pada Minggu pagi. Itu selalu menjadi rutinitas hariannya.
Dia akan memasak nasi dan menghangatkannya di magicom agar tak menjadi dingin.
Setiap kali mereka kembali dari jalan-jalan sore, dia akan meletakkan panci sup di atas kompor dan menyalakannya api. Tak lama kemudia piring dan sendok beradu menimbulkan bunyi berdenting saat ketiganya makan bareng.
Suti menatap Mama dan tersenyum. "Pasti Mama membuat sup ayam karena Bang Rano," katanya dan menyuap potongan daging ayam dengan sendoknya.
"Ya, apakah kamu cemburu, Sayang?" tanya Mama sambil tersenyum. "Dia harus makan makanan enak selama masih di sini, Â sebelum dia mulai menikmati kehidupan yang sibuk sebagai mahasiswa."
Suti tertawa dan menatap Rano.
"Ada apa?" tanya Rano.
"Aku yakin Abang akan terlihat seperti tengkorak kalau Abang pulang liburan semester," katanya.
Rano menggeleng. "Jangan harap. Depok ke sini tidak terlalu jauh dan aku bisa kembali kapan saja aku mau."