Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: II. Baby Blues (Part 1)

1 Oktober 2022   13:30 Diperbarui: 15 Maret 2023   12:40 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Dia lari bagai dikejar hantu dan naik ke ranjangnya. Daniel masih tidur. Dixie masih menangis.

Awalnya dia ragu-ragu, tapi kemudian mencium pipi Daniel. Mengambil kunci mobilnya dari nakas lalu keluar dari kamar tidur, meninggalkan rumah membiarkan pintu garasi terbuka.

Sebagai manajer cabang Bank Berlian, Sheira memegang semua kunci aset yang belum tentu dipegang oleh direktur sekali pun. Termasuk kunci griya tawang milik perusahaan.

Dari area parkir di basement, Sheira berjalan ke gedung dengan gaun tidur sambil bergumam kepada satpam tentang harus mengambil beberapa surat-surat. Dia menaiki lift menuju lantai teratas.

Dia sampai ke lantai yang dikuasai perusahaan, tapi Sheira terus berjalan. Dia menaiki tangga darurat menuju atap dan berjalan dengan tenang ke pagar besi setinggi pinggang, memanjatnya dan duduk di atasnya.

Dia menyeka wajahnya yang basah.

Dia menangis.

Oh.

Tangannya memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil kedinginan diterpa angin malam.

Bandung tenang di malam hari. Lampu-lampu berkedip dibalik tirai kabut. Tidak ada teriakan, tidak ada klakson yang memekik. Hanya dengungan lembut mesin dan generator. Semua orang tidur. Saat itu jam setengah dua pagi.

Sheira mengayun-ayunkan kakinya sambil menangis. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan, hanya itu. Tidak ada jalan lain. Dia menjadi beban bagi mereka semua, bagi Daniel, bagi Adamas, bagi Lemma, dan bagi Dixie. Mereka akan lebih baik tanpanya. Dia mencengkeram pagar dengan erat, menarik napas dalam-dalam dan---

"Ehm," sebuah suara terdengar di belakangnya.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun