Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: II. Baby Blues (Part 1)

1 Oktober 2022   13:30 Diperbarui: 15 Maret 2023   12:40 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia akan menangis. Dan menangis. Dan menangis.

Ya Tuhan, dia ditakdirkan untuk bahagia.

Tapi tidak. Dia tidak bahagia.

Dan dia tidak tahu kenapa.

Suatu malam, Dixie menangis di boks bayinya dan Daniel menepuknya dengan lesu. Sheira tidak perlu dibangunkan. Dia gampang terbangun akhir-akhir ini. Maka dia bangkit bagai robot dan pergi ke tempat Dixie.

Dia menatap wajah putri bungsunya, wajah polosnya yang cantik. Sheira menangis. Dia tidak tahu kenapa, tapi dia menangis. Dia berniat untuk membuai Dixie, tetapi kemudian sadar bahwa tangannya memegang bantal.

Untuk apa dia membawa bantal?

Kemudian dia kembali menatap Dixie, sumber kebahagiaannya, yang meratap dan meraung-raung memekakkan telinga. Dia melihat ke bantal dan kemudian ke Dixie.

Dengan kedua tangan, perlahan-lahan dia meletakkan bantal ke muka Dixie dan menahannya sampai tidak terdengar suara tangisan lagi. Dia menghela nafas lega dan tersenyum. Kerut-kerut di dahinya menghilang.

Kemudian dia menjerit dan tersentak menjauh dari baoks, dengan cepat melempar bantal dan ratapan bayi terdengar lagi, dengan kekuatan yang lebih dari sebelumnya.

Apa yang telah dia lakukan? Oh, Tuhan, apa yang dia coba lakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun