"Lu kate gue gile? Lu sengaja bikin gue gahar, ye? Gue gahar, nih, gue pengin ngamuk, nih!" Lola mengulang-ulang kata-katanya sampai suaranya terdengar serak.
Rano menjadi gugup.
Abaikan dia. Dia mencoba mencari masalah. Tidak lebih, sebuah suara terdengar di benaknya.
Aku tidak akan mengabaikannya, pikirnya geram. Amarahnya yang nyaris meledak meletus tergambar di wajahnya.
"Lawan gue kalau lu berani, biar gue hajar bokong lu sampai ke Tambun, heh," Lola menggeram dan mengejek Rano.
Lola meletakkan embernya di bawah keran, memutar tuas dan air mulai mengucur. Rano tersadar dari lamunannya dan bahwa antreannya benar-benar dilangkahi membuat emosinya meledak.
Dengan marah Rano meraih ember Lola dan mencampakkannya, lalu meletakkan embernya sendiri di bawah keran. Air mengalir ke dalamnya.
Kini semua orang bersorak-sorai dan berkerumun siap untuk menyaksikan adegan berikutnya. Lola berlari menuju embernya yang tergeletak di lantai tapi kalah cepat dengan Febi.
Febi sudah ada di sana dan mengambil ember tersebut.
"Ada apa?" tanya Lola melihat mimik Febi yang berubah.
"Ya, rusak," kata Febi.