Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begal Rimba Tulang Bawang (Bab 29)

25 September 2022   10:00 Diperbarui: 25 September 2022   10:03 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski bulan purnama bulat bundar kemerahan menyinari desa dengan angin sepoi-sepoi yang sejuk menyebabkan tubuh menggigil, dan bahkan saat nyamuk malam berdengung menusuk-nusuk kulit dan mengisap darah mereka, tak seorang pun penduduk Tudung Tenuk masuk ke gubuk masing-masing untuk berehat setelah pertempuran seharian tadi. 

Mereka tetap berada di luar kuil pemujaan kecil milik desa, berdoa kepada para dewa untuk pemulihan segera sang pahlawan yang meraung-raung kesakitan saat tabib pandita bekerja tanpa lelah untuk menyembuhkan tulangnya yang patah.

Palupi keluar dari dalam bilik yang berfungsi sebagai ruang rawat dan tersenyum lemah pada kerumunan itu, "Sudah selesai. Dia akan baik-baik saja."

Sebagian besar penduduk desa menghembuskan napas lega dan bersukacita, sementara yang lain menyanyikan puja-puji dan mengucapkan terima kasih kepada para dewa. 

Anak-anak berlari masuk ke bilik dengan penuh semangat untuk melihat pahlawan mereka yang terluka, tetapi mereka segera keluar dengan bersungut-sungut kecewa karena Resi Umbara mengusir mereka, setelah menjelaskan bahwa Janar perlu istirahat. Tetapi namanya juga anak-anak, kata-kata sang resi hanya masuk lubang telinga tanpa makna dan ditanggapi dengan gerutuan dan desis kesal.

Keti duduk di samping pintu bilik, dan melihat anak-anak keluar. Ketika anak terakhir meninggalkan bilik, dia bergegas masuk ke rumah kecil itu, wajahnya menunjukkan ekspresi sedih saat melihat Janar.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku bersumpah aku baik-baik saja," kata Janar, sambil tersenyum terpaksa.

"Kamu sama sekali tidak terlihat baik-baik saja," jawab Keti.

Resi Umbara terbatuk-batuk.

"Maaf mengganggu, tapi dia perlu istirahat. Saya mengusir anak-anak itu pergi dan Anda tidak terkecuali," katanya kepada Keti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun