Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 18)

20 September 2022   11:00 Diperbarui: 20 September 2022   11:00 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Papanya segera berdiri karena melihat kepanikan yang di wajah Rano. Memebtulkan bebat sarung yang pembungkus di pinggangnya penutup celana pendek yang dia kenakan, Papa terhuyung-huyung ke kamar tempat Suti berbaring.

Suti telah menarik roknya yang tergeletak di atas tempat tidur. Kedua kaki terbuka lebar.

"Dia berdarah," Rano tersentak. "Aku rasa kira dia sedang menstruasi. Kami sudah diajarkan itu di pelajaran biologi," katanya sambil menggerak-gerakkan tangannya, akhirnya menempelkannya di mulutnya.

"Put'ri, itu hal yang normal untuk seorang gadis," kata Papa dan berjalan menuju tempat tidur dan menepuk pundak Suti perlahan. "Kamu sekarang sudah menjadi wanita dewasa pada usia tiga belas tahun," katanya.

"Umurnya dua belas tahun," jawab Rano.

Papa tersenyum dan menatap Rano, lalu menggelengkan kepalanya. "Papa suka lupa umur kalian. Maklumlah, Papa sudah tua."

Rano terkikik dan pergi. Dia kembali dengan seember air dan kain lap sesuai perintah Papa dan mereka membersihkan tempat tidur. Suti duduk melihat sekeliling dengan ketakutan. Dia tidak pernah tahu kalau dia akan sampai ke tahap ini.

Suti berjalan ke kamar mandi setelah itu untuk mandi. Dia berjalan kembali ke kamar dengan kaki terentang lebar.

"Tidak perlu sampai begitu juga," kata Rano.

"Benar," Papa memperingatkan dan menyuruh Suti beristirahat di kamar.

Tiga orang bocah yang berpakaian lusuh melongo menatap drama keluarga itu. Mereka berdiri di lorong sementara salah satunya menghisap jarinya. Rano mengusir mereka dengan tangannya saat mengunci pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun