Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kasus Sang Harimau (Bab 15)

19 September 2022   16:00 Diperbarui: 19 September 2022   16:23 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Aku menatap Ratna sejenak. Kemudian, tanpa berbicara, menuangkan wiski ke dalam gelas besar dan menyodorka ke tangannya. " Aku pikir lebih baik kamu minum sedikit untuk menurunkan emosi," kataku.

Wajah Ratna menjadi sedikit rileks dan mengambil gelasnya. Dia berkata dengan lesu, "Aku rasa kamu ada benarnya."

"Kamu belum mendengar kabar darinya?" tanyaku.

'Tidak sepatah kata pun. Tidak sekadar pesan singkat. Tapi dia akan muncul. Aku tahu David. Ini pernah terjadi sebelumnya. Suatu hari nanti'", dia menambahkan dengan muram, "sudah terlalu sering berulang. Kamu punya rokok?"

Aku menunjuk ke kotak di atas meja. "Silakan."

Dia menyalakan sebatang rokok dan menyedotnya dalam diam.

Kemudian, "Han, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Pernahkah kamu berpikir untuk memulai lagi sendiri?"

Aku mengangkat bahu. "Belum tidak tahu. Aku belum yakin."

"Yah, jika kamu mau, aku mungkin...." Ragu-ragu dia melanjutkan, "Yah, aku tidak keberatan memberikan sebagian uangnya. Belakangan ini aku mendapat perna cukup banyak dan aku tahu ini akan menjadi investasi yang bagus."

Aku mengangkat tangan. 'Tidak, Ratna. Kita tidak melakukan yang seperti itu."

"Kenapa tidak? Apa maksudmu?"

"Kamu tahu betul apa yang kumaksud. Aku tidak akan membiarkanmu membayar utang David. Tidak dengan alas an apapun juga."

Aku meletakkan tanganku di bahunya. "Jangan mengira aku tidak menghargai tawaran itu, tetapi aku tidak sedang ingin memulai sesuatu sendiri. Aku telah belajar dari pengalaman---"

"Mempelajarinya dengan cara yang sulit," sela Ratna dengan sedih.

"Yah, tidak apa-apa soal itu. Aku belum tenggelam. Aku bahkan mungkin pergi ke luar negeri."

"Kamu semestinya tidak mengalami banyak kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan," katanya.

Saya merasa lega ketika telepon memotong pembicaraan kamo.

Suara di ujung sana tenang dan berpendidikan. "Tuan Handaka Prima?'

"Betul," jawabku.

"Selamat malam," sambung suara itu. "Nama saya Joko Seng. Maaf jika saya mengganggu waktu Anda."

"Sekarang sih, belum. Apa yang bisa kubantu?"

Suara yang menyenangkan itu menjawab,"Saya harap Anda tidak menganggap saya kurang ajar, Tuan Handaka. Tetapi saya mendengar tentang perusahaan Anda yang akan dilikuidasi, dan saya bertanya-tanya apakah Anda sudah membuat rencana khusus untuk masa depan."

Aku menajamkan telinga dan naluriku.

"Tidak juga," aku mengakui. "Barusan yang terpikir ide yang belum jelas tentang pergi ke luar negeri."

'Saya mengerti. Nah, jika Anda berubah pikiran, mungkin Anda ingin menghubungi saya. Saya bisa menggunakan seorang dengan kualifikasi yang Anda miliki."

Aku agak terkejut dengan kata-katanya. "Terima kasih banyak. Mungkin kalau Bapak memberi tahu nama perusahaan dan memberi nomor telepon Anda."

Jeda singkat. Suara itu kemudian berkata, "Saya pikir mungkin lebih baik jika Anda menemui saya. Saya akan senang bertemu dengan Anda. Apakah besok sore Anda punya waktu lowong?"

"Bagaimana kalau jam tiga?'

"Tentu. Landmark Centre Tower II lt. 17."

"Aku akan ke sana," aku berjanji. 'Terima kasih, Pak Joko."

'Terima kasih, Tuan Handaka. Pukul tiga besok, kalau begitu ..."

Ratna menatapku penuh harap saat aku meletakkan gagang telepon. "Kabar baik?" dia bertanya.

"Bukan dari orang yang kita tunggu," kataku padanya.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun