Matanya memerah, sementara air dalam ember besar mulai menumpuk dan menunggu untuk menetes perlahan seperti hujan gerimis. Air matanya mulai menggenang, tapi Linda menahannya agar tak tumpah. Suaranya parau saat dia bergegas ke arah Tiur dan terus menggumamkan kata-kata yang tidak bisa diterjemahkan Rano.
"Kau kira kau bisa lolos dengan gampang, hah? Kalau kamu berani macam-macam lagi, aku akan menampar muncung kau sekali lagi. Jangan kau kira aku takut!" ujar Tiur sambil melontarkan sumpah serapah khas warga pemukiman kumuh.
Dia mengisyaratkan dengan melintangkan jari telunjuknya di leher, menunjukkan bahwa dia akan membunuh Linda jika dia mencoba untuk mendekat. Seluruh bagian tubuhnya menggeliat membentuk kuda-kuda sementara tangannya menari-nari di udara.
Rano berdiri dan memperhatikan.
"Hei!" Rano berteriak. Gagang sapu mendarat di punggung Tiur. Gadis itu memekik dan melompat, berguling di lantai ketika satu pukulan gagang sapu kembali hendak mendera punggungnya.
Linda mengatupkan giginya saat dia menyabet gagang sapu ke punggung Tiur, tetapi lawannya tak ingin menyerah, meskipun dia menggeliat kesakitan dan mencoba melindungi tubuhnya dengan tangan. Dia bergegas berdiri dengan cepat, dan saat Linda akan memberikan pukulan ketiga, Tiur segera menangkap gagang sapu itu, memutar jari-jarinya dan Linda memekik kesakitan. Tiur mendaratkan tinjunya ke dahi Linda yang membuat gadis itu terlempar ke lantai.
Buuuk! terdengar suara benturan.
"Gue belom mati!" Linda berteriak dan berbaring di lantai sementara darah mengucur dari hidungnya.
"Ya ampun! Tolong! Tolooong!" Rano berteriak dan tetangga yang ada di sekitar berlari ke halaman belakang tempat perkelahian itu terjadi.
Â
BERSAMBUNG