Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 16)

18 September 2022   10:10 Diperbarui: 18 September 2022   10:13 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Matanya memerah, sementara air dalam ember besar mulai menumpuk dan menunggu untuk menetes perlahan seperti hujan gerimis. Air matanya mulai menggenang, tapi Linda menahannya agar tak tumpah. Suaranya parau saat dia bergegas ke arah Tiur dan terus menggumamkan kata-kata yang tidak bisa diterjemahkan Rano.

"Kau kira kau bisa lolos dengan gampang, hah? Kalau kamu berani macam-macam lagi, aku akan menampar muncung kau sekali lagi. Jangan kau kira aku takut!" ujar Tiur sambil melontarkan sumpah serapah khas warga pemukiman kumuh.

Dia mengisyaratkan dengan melintangkan jari telunjuknya di leher, menunjukkan bahwa dia akan membunuh Linda jika dia mencoba untuk mendekat. Seluruh bagian tubuhnya menggeliat membentuk kuda-kuda sementara tangannya menari-nari di udara.

Rano berdiri dan memperhatikan.

"Hei!" Rano berteriak. Gagang sapu mendarat di punggung Tiur. Gadis itu memekik dan melompat, berguling di lantai ketika satu pukulan gagang sapu kembali hendak mendera punggungnya.

Linda mengatupkan giginya saat dia menyabet gagang sapu ke punggung Tiur, tetapi lawannya tak ingin menyerah, meskipun dia menggeliat kesakitan dan mencoba melindungi tubuhnya dengan tangan. Dia bergegas berdiri dengan cepat, dan saat Linda akan memberikan pukulan ketiga, Tiur segera menangkap gagang sapu itu, memutar jari-jarinya dan Linda memekik kesakitan. Tiur mendaratkan tinjunya ke dahi Linda yang membuat gadis itu terlempar ke lantai.

Buuuk! terdengar suara benturan.

"Gue belom mati!" Linda berteriak dan berbaring di lantai sementara darah mengucur dari hidungnya.

"Ya ampun! Tolong! Tolooong!" Rano berteriak dan tetangga yang ada di sekitar berlari ke halaman belakang tempat perkelahian itu terjadi.

 

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun