Setelah hasil tes semester mereka dibagikan, ternyata Anhar memegang ranking pertama disusul oleh Rano, Drajat dan Wahyu.
Rano kaget. Dia tidak pernah menyangka bahwa Anhar begitu brilian. Teman-teman sekelas lain justru tidak pernah tahu bahwa Rano akan menjadi yang tertinggi kedua. Mereka menganggapnya tak lebih dari seorang murid yang berusaha mencari perhatian guru. Rano tidak pernah berhubungan dengan siapa pun.
Suatu hari, saat jam istirahat, dia sedang duduk di bangku taman sekolah menikmati es krim rasa coklat. Teman sekelas perempuannya lewat dan mendadak duduk di sampingnya. Rano meliriknya sekilas, sebelum kembali menekuni es krimnya.
"Hai, Rano, apa kabar kamu?" gadis itu bertanya.
Dia berpura-pura tidak mendengar, tapi akhirnya menoleh dan balas bertanya. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak. Tapi aku suka saat kamu menjawab pertanyaan di kelas.," jawabnya senang. Rano tahu anak itu akan memberi tahu teman-temannya bagaimana cowok sepintar Rano bercakap-cakap dengannya.
Rano menyedot es krim sekali lagi dan meliriknya sekilas. Dia mengangguk. "Terima kasih," gumamnya lembut.
Rano berharap gadis itu menjauh dari sisinya, tetapi gadis itu tidak juga pergi.
Anak perempuan itu bergeser perlahan dan duduk semakin dekat dengannya, tidak peduli bahwa bangku taman itu dilapisi debu tebal.
"Aku ingin memberitahumu sesuatu," katanya buru-buru.
Aku tak peduli, cepatlah pergi, pikir Rano dalam benaknya. Tapi kepalanya mengangguk.