Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 13)

15 September 2022   11:18 Diperbarui: 15 September 2022   11:27 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Rano menepuk pundak adiknya.

"Abang dapat teman baru yang menarik di kelas Abang hari ini," kata Rano.

"Serius, Bang! Akhirnya Abang punya teman juga," kata Suti sambil tersenyum.

"Kamu yang katanya punya teman, tapi Abang belum pernah melihatmu bersama mereka. Selalu saja cuma, aku punya teman ini, aku punya teman itu," Rano menghela napas menyimpan amarahnya.

Suti menggoyangkan kepala dan tersenyum. Dia ingin menjawab tetapi menelan kembali kata-katanya.

Rano akhirnya berteman dengan Anhar.

Anhar adalah anak pendiam di kelas yang tidak pernah berbicara dengan siapa pun. Anaknya bertubuh kecil dan pemalu.

Saat pertama kali Rano masuk ke sekolah barunya, hampir semua orang mengoceh tentang betapa pendiamnya dia, tetapi dia memperhatikan bagaimana Anhar juga diasingkan oleh murid-murid lain. Anhar ditinggal sendiri, mencoret-coret kertasnya. Dia hanya berbicara jika dia ingin mengajukan pertanyaan kepada seseorang dan suaranya biasanya rendah dan pelan. Keberadaanya sering tidak dianggap.

Setelah jam sekolah, Anhar akan menyandang tasnya dan berjalan pulang. Tidak pernah menjawab pertanyaan di kelas tetapi ketika guru menunjuknya, dia selalu tahu jawabannya. Anhar dijuluki 'jenius pendiam' oleh guru matematika mereka.

Rano mengira Drajat dan Wahyu adalah yang terpintar di kelasnya. Mereka selalu siap menjawab pertanyaan di kelas dengan benar untuk setiap soal sulit. Selalu Rano, Drajat dan Wahyu. Murid-murid lain menganggap mereka bertiga sebagai yang terpintar di kelas.

Rano aktif mengacungkan tangan ketika dia mengetahui bahwa dua murid lain itu selalu berlomba menjawab pertanyaan yang diajukan guru, kapan pun dan apa pun pertanyaan yang dilontarkan. Dia memutuskan untuk meninggalkan gaya acuh tak acuhnya untuk mengesankan para guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun