Rano menepuk pundak adiknya.
"Abang dapat teman baru yang menarik di kelas Abang hari ini," kata Rano.
"Serius, Bang! Akhirnya Abang punya teman juga," kata Suti sambil tersenyum.
"Kamu yang katanya punya teman, tapi Abang belum pernah melihatmu bersama mereka. Selalu saja cuma, aku punya teman ini, aku punya teman itu," Rano menghela napas menyimpan amarahnya.
Suti menggoyangkan kepala dan tersenyum. Dia ingin menjawab tetapi menelan kembali kata-katanya.
Rano akhirnya berteman dengan Anhar.
Anhar adalah anak pendiam di kelas yang tidak pernah berbicara dengan siapa pun. Anaknya bertubuh kecil dan pemalu.
Saat pertama kali Rano masuk ke sekolah barunya, hampir semua orang mengoceh tentang betapa pendiamnya dia, tetapi dia memperhatikan bagaimana Anhar juga diasingkan oleh murid-murid lain. Anhar ditinggal sendiri, mencoret-coret kertasnya. Dia hanya berbicara jika dia ingin mengajukan pertanyaan kepada seseorang dan suaranya biasanya rendah dan pelan. Keberadaanya sering tidak dianggap.
Setelah jam sekolah, Anhar akan menyandang tasnya dan berjalan pulang. Tidak pernah menjawab pertanyaan di kelas tetapi ketika guru menunjuknya, dia selalu tahu jawabannya. Anhar dijuluki 'jenius pendiam' oleh guru matematika mereka.
Rano mengira Drajat dan Wahyu adalah yang terpintar di kelasnya. Mereka selalu siap menjawab pertanyaan di kelas dengan benar untuk setiap soal sulit. Selalu Rano, Drajat dan Wahyu. Murid-murid lain menganggap mereka bertiga sebagai yang terpintar di kelas.
Rano aktif mengacungkan tangan ketika dia mengetahui bahwa dua murid lain itu selalu berlomba menjawab pertanyaan yang diajukan guru, kapan pun dan apa pun pertanyaan yang dilontarkan. Dia memutuskan untuk meninggalkan gaya acuh tak acuhnya untuk mengesankan para guru.