Suti melihat Tiur dan Talia dengan sapu di tangan mereka di tengah-tengah siswa lain.
Tiur memakai rompi yang juga berfungsi sebagai celemek supaya bajunya tidak kotor.
"Hei, Tiur. Hei, Talia!" seru Suti.
Mereka berdua berbalik, termasuk murid-murid yang lain, seakan-akan nama itu adalah nama mereka juga. Suti mempercepat langkahnya sampai dia tiba di tempat mereka berada.
"Kalian berdua di sekolah ini juga? Aku baru tahu. Baru hari ini aku melihat kalian berdua," kata Suti.
"Hai," kata Talia sambil memamerkan gigi putihnya. Dia selalu tersenyum seakan-akan hidup ini indah, seperti yang selalu dia rasakan. Talia bicara dengan logat Betawi dan sekali berbicara takkan bisa berhenti.
Suti balas tersenyum pada keduanya, dan mereka semua akhirnya memaerkan gigi, berlomba gigi siapa yang lebih putih.
"Kami tahu kok, kamu sekolah di sekolah ini seperti kami. Mungkin kamu saja yang tidak tahu tentang kami," jawab Tiur.
Suti tersenyum geli. Dia terkesan dengan kelancaran bicara Tiur. Pasti Tiur salah satu murid langka yang berbicara bahasa Indonesia dengan lancar di sekolah.
"Kalian kelas berapa?" dia bertanya.
"Kelas enam," jawab Talia dengan cepat.