"Ah! Siapa yang memasak baunya harum begini?" Terdengar suara di luar.
"Gile, baunya enak, bikin laper!" kata suara itu lagi.
"Noh ... tetangga baru," kata suara lain dengan kasar. Suara lelaki.
"Suti keluarkan piringnya," kata Mama.
Suti mengambil tiga buah piring dari rak bersama sendok hingga suaranya berdenting. Dia meletakkannya di di atas meja. Mama menurunkan panci dari kompor tanpa menyadari bahwa tangannya tidak sepenuhnya berada di kain serbet yang digunakannya untuk memegang gagang panci.
"Ah!" Mama Rano berteriak saat tangannya menyentuh logam panas dan panci itu mendarat dengan keras di atas meja.
"Maaf, Ma," suara anak-anaknya serempak saat mama mereka menggerutu kesakitan.
***
Pagi itu Suti pergi ke sekolah lebih awal dari biasanya. Setibanya di sekolah, Suti melihat Tiur dan Talia. Hari-hari kemarin, dia belum pernah melihat mereka. Mungkin sebenarnya sudah, hanya saja dia tidak mengingatnya.
Masih ada waktu beberapa menit sebelum sekolah dimulai. Ketika dia meninggalkan rumahnya bersama Rano, hari masih gelap. Hanya guru piket yang sudah datang dan sedang memeriksa seluruh ruang kelas, apakah telah dibersihkan oleh murid-murid yang memang mendapat giliran untuk itu. Terdengar seruannya memperingatkan beberapa anak yang bermain-main dan memuji anak-anak yang sedang menyapu.
Murid-murid kelas empat, lima, dan enam memang dibagi dibagi dalam kelompok untuk menyapu kelas pada hari yang telah ditentukan.