Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 11)

13 September 2022   11:41 Diperbarui: 13 September 2022   11:57 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Suti bertukar salam dengan teman-teman barunya saat mereka berjalan menuju rumah masing-masing. Dia masuk dan meletakkan embernya dan masuk ke kamar.

Rano duduk di tempat tidur dan matanya terpaku langsung ke dinding. Mama berdiri di depan panci sambil mengaduk masakan.

"Kenapa lama sekali baru pulang?" dia bertanya sambil terus mengaduk.

Suti memandang abangnya yang langsung membuang muka. "Ma, Suti mendapat kawan baru tadi waktu mengambil air," katanya.

"Kawan baru?" tanya Mama Rano. "Hebat anak Mama, tiap hari dapat kawan baru. Tapi menurut Mama, kamu juga jangan terlalu gampang. Kamu tidak harus berteman dengan semua orang."

"Tuh, dengar kata Mama. Dia sih, selalu berteman dengan semua orang yang mendekat," kata Rano dengan suara keras sambil telunjuknya menuding Suti.

Mama menatap Rano seolah ingin memarahinya, tapi tidak jadi.

"Kadang kamu perlu mendengarkan Abangmu. Dia tahu apa yang baik untukmu," kata Mama," dan bukannya Mama melarang mengatakan kamu tidak boleh berkawan dengan orang lain, tetapi kamu harus tahu betul siapa yang jadi temanmu, Sayang."

Suti mengepel dengan cermat sampai ibunya selesai berbicara. Dia menggelengkan kepalanya dan matanya bergerak ke arah Rano. Rano mengusap wajahnya.

"Sepertinya makanannya sudah siap," kata Mama dan berdiri. Dia membersihkan tangan dengan serbet, membuka tutup panci sehingga uap mengepul ke seluruh penjuru. Aroma spaghetti memenuhi seluruh ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun