Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 10)

12 September 2022   09:00 Diperbarui: 12 September 2022   09:07 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Mereka tertawa dan terus berbicara dan tak terasa sampai di bangunan tempat mereka dan berjalan menuju tempat tinggal masing-masing. Tiur dan Talia tinggal di sebuah rumah sederhana yang tidak dicat. Lumut hijau kecokelatan merayap di tembok. Plester pondasi mengelupas dan sebagian besar dinding telah berubah menjadi hitam. Atap seng menjadi cokelat dan tampak tidak menarik. Bahkan sebagian bertiup mengikuti tiupan angin.

Bangunan separuh gubuk itu tak jauh dari rusunawa tempat Suti tinggal. Dihuni oleh seorang perempuan tua yang jarang keluar kecuali sesekali. Anak-anak di situ sering disuruh orang tua mereka untuk membantunya jika dia mempunyai keperluan. Perempuan tertua di komplek itu, tidak punya sanak keluarga. Menurut orang-orang, dia mandul sehingga ditinggal suaminya dan tidak pernah menikah lagi.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun