"Aku Tiur. Dan dia Talia," jawabnya.
"Nama kalian bagus. Mau ambil air juga?" Suti bertanya meskipun dia merasa pertanyaannya tidak perlu dengan adanya ember di tangan mereka.
"Ya," jawab Tiur.
Talia hanya tersenyum sepanjang jalan tanpa bicara. Dia hanya terkikik sampai terbungkuk-bungkuk setiap kali ada yang lucu. Rano telah mengisi embernya dengan air dan siap membawanya sebelum mereka tiba.
"Ini abangku," Suti menunjuk ke arah Rano yang menghadap mereka.
Mereka tersenyum padanya. Rano menatap mereka dengan cepat dan mengabaikannya.
"Lebih baik kamu buru-buru dan berhenti bermain-main dengan mereka," ujarnya pada Suti dengan tegas.
Dia mengangkat ember dan menggelengkan kepalanya, lalu berjalan pergi.
Mereka semua selesai mengisi ember satu demi satu, dan Tiur meletakkannya di atas kepalanya. Mereka tetap diam saat berjalan pulang.
"Maukah kamu datang ke rumah kami nanti? Kamu bisa bermain dengan kami. Kami ingin menjadi temanmu," kata Tiur.
"Mungkin. Atau kamu bisa main ke tempatku. Mamaku baik, kok."