Di sebuah panti jompo, tujuh puluh lima kilometer di jalan berliku dari Taluk Kuantan, seorang pria berusia sembilan puluh tujuh tahun akhirnya menyerah pada kematian. Kematiannya memang sudah sepantasnya, bahkan dianggap terlambat di mata sebagian besar warga Taluk Kuantan. Konsensus umum adalah bahwa dia seharusnya sudah mati bertahun-tahun lalu, dan dia sudah lama terlupakan dari sebagian besar pikiran mereka.
Warga pendatang Taluk Kuantan yang umumnya religius, menyebabkan keyakinan komunal bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan seperti itu bertahan di dunia untuk waktu yang lama. Dia adalah kambing hitam untuk segala hal buruk yang terjadi di wilayah mereka. Mereka menganggapnya penyembah Iblis.
Kegilaannya dan ocehannya tentang hantu dan setan menegaskan keyakinan mereka tentang kekufurannya dan memperkuat iman warga yang terbagi menurut mazhab yang dianut.
Salman Rusydi pindah ke Taluk Kuantan pada akhir lima puluhan puluhan untuk bekerja di Pemakaman Umum. Kota itu dengan hati-hati menerima dia dan beberapa anggota keluarganya pada awalnya, tetapi perjalanan pertamanya ke Pucuk telah mengubah itu.
Sebelumnya, dia adalah seorang pekerja keras yang menyendiri, yang menghormati yang meninggal tapi tak takut pada mereka. Pendapat mereka mulai berubah sesaat sebelum dia pertama kali diusir.
Kegiatan Salman yang tidak biasa sebelum dan sesudah perjalanannya ke Pucuk sangat mengganggu para imam mahzab meskipun penduduk kota pada awalnya tidak mengetahui masalah sebenarnya.
Salman dikabarkan melakukan ritual menjelang tengah malam yang aneh dan tidak dapat diterima di kuburan tempay dia 'melakukan tugasnya'. Orang-orang kota tidak pernah mengerti mengapa Hang Tuah, pemilik lahan kuburan yang dihormati, membiarkan perilaku yang tidak pantas seperti itu terus berlanjut tepat di bawah hidung mereka. Tetapi hal itu terjadi dan hampir tanpa selama bertahun-tahun kecuali selama masa-masa ketika Salman dipasung di Pucuk.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H