Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepuluh Setelah Satu Perempuan

25 Agustus 2022   12:39 Diperbarui: 25 Agustus 2022   12:41 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

di utara suatu entah
di atas tanah merah
dan kertas doa

aroma henna basah berebut mengalahkan
asap hio parfum melati

pengantin wanita
direndam dalam minyak kelapa perawan
dimanjakan dengan teh bunga telang

matanya seorang penari
dia kenang kemarin
berkalang tanah liat dan masa muda
berlari di tengah hujan telanjang
dengan saudara laki-lakinya

ibunya berteriak,
Anak ini! Kalian akan masuk angin.

hari ini ibunya berbisik
saat ini besok,
kamu 'kan menjadi seorang perempuan

di entah suatu selatan
ibu nanar anak perempuan
dengan mata merah darah
mulut melepuh minyak asam
dada naik-turun dengan kebencian
yang nyata

berulang-ulang katakan
kalian akan menyelamatkan diri
untuk pernikahan
itulah pepatah ibu
dan pepatah nenek
dan pepatah ibu nenek 

menelan diam jeritan anak perempuan
sementara mereka
meludah ke dalam liang muda dan menjahitnya

 suatu entah di timur
ular sawah menari di jalanan
menginjak makam yang bukan kuburan
yang dangkal

seorang ibu melihat putrinya
menangis makan untuk empat ular sanca
sambil berdoa agar para tetangga
dikutuk dengan ketulian
dia berkata
hanya Tuhan yang bisa menghakimi

di suatu entah di belakang hidungmu
dua gadis menyerahkan kebasahan ke dalam abu
menjadi satu saat jiwa lolos dari siksaan
kegaguan

pada makhluk lain
mencium kekasih
dan menghancurkan adik mereka

di suatu entah di mana-mana
kita mengajar perempuan mengajar perempuan
bagaimana menjadi perempuan

Bandung, 25 Agustus 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun