di utara suatu entah
di atas tanah merah
dan kertas doa
aroma henna basah berebut mengalahkan
asap hio parfum melati
pengantin wanita
direndam dalam minyak kelapa perawan
dimanjakan dengan teh bunga telang
matanya seorang penari
dia kenang kemarin
berkalang tanah liat dan masa muda
berlari di tengah hujan telanjang
dengan saudara laki-lakinya
ibunya berteriak,
Anak ini! Kalian akan masuk angin.
hari ini ibunya berbisik
saat ini besok,
kamu 'kan menjadi seorang perempuan
di entah suatu selatan
ibu nanar anak perempuan
dengan mata merah darah
mulut melepuh minyak asam
dada naik-turun dengan kebencian
yang nyata
berulang-ulang katakan
kalian akan menyelamatkan diri
untuk pernikahan
itulah pepatah ibu
dan pepatah nenek
dan pepatah ibu nenekÂ
menelan diam jeritan anak perempuan
sementara mereka
meludah ke dalam liang muda dan menjahitnya
 suatu entah di timur
ular sawah menari di jalanan
menginjak makam yang bukan kuburan
yang dangkal
seorang ibu melihat putrinya
menangis makan untuk empat ular sanca
sambil berdoa agar para tetangga
dikutuk dengan ketulian
dia berkata
hanya Tuhan yang bisa menghakimi
di suatu entah di belakang hidungmu
dua gadis menyerahkan kebasahan ke dalam abu
menjadi satu saat jiwa lolos dari siksaan
kegaguan
pada makhluk lain
mencium kekasih
dan menghancurkan adik mereka
di suatu entah di mana-mana
kita mengajar perempuan mengajar perempuan
bagaimana menjadi perempuan
Bandung, 25 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H