Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gapura

8 Agustus 2022   21:35 Diperbarui: 8 Agustus 2022   21:50 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adikku kemudian mengangkat Ayah ke dalam ember loader sehingga dia bisa melihat bagian atas untuk membuatnya rata, menggunakan gergaji rantai besar. Dia menjatuhkan salah satu bagian di kap mobil pikap secara tidak sengaja. Tapi, yah, toh mobil itu sudah penyok di sana-sini.

Akhirnya, kami mengangkat tiang ketiga dan meletakkannya secara horizontal di ujung dua lainnya. Ini membutuhkan beberapa trik lama yang Ayah ketahui, melibatkan tali dan katrol dengan cara yang bahkan membuat kakakku dan aku terkesan. Orang tua itu masih memiliki ilmu kanuragan yang mumpuni.

Ayah telah membuat beberapa tiang logam melengkung besar di toko dan dia naik ke puncak tangga tertinggi untuk memasangnya di tempatnya sementara kami melihatnya merutuk dan berjuang dari bumi di bawah. Tapi akhirnya, tepat sebelum gelap, kami berdiri di tanah sambil melihat ke atas, berkeringat dan kelelahan, tetapi dengan bangga mengagumi gapura baru yang megah ke tanah kami yang sederhana, yang telah kami buat dengan tangan kami sendiri.

Ibu meninggalkan rumah, berjalan dan berdiri di belakang kami. Dia mempelajari gapura dengan menilai. "Kelihatannya bagus, Tuan-tuan," katanya, "tetapi apakah truk kita bisa lewat di bawahnya?"

Seketika itu juga kami menyadari bahwa dia benar. Ayah bangga dengan fakta bahwa dia memiliki salah satu truk terbesar dan tertinggi di jalan, dan kami semua ahli dalam mengamati jembatan palang dan pompa bensin.

Mustahil kami bisa membuatnya lolos di bawah palang gapura baru. Adikku dan aku menoleh untuk melihat ayahku, tepat pada waktunya untuk melihat senyum memudar dari wajahnya saat dia meraih gergaji rantainya. "Oke, anak-anak, angkat Ayah ke sana, lagi."

Dan begitulah cara kami memiliki dua tiang telepon T yang megah di kedua sisi jalan tanah yang menuju lahan kami. Pada akhir pekan berikutnya, aku dan saudaraku memperhatikan ketika Ayah membawa truk ke jalan raya menuju kota, ternyata lelaki tua itu telah memotong bagian yang tepat dari tengah tiang horizontal untuk membiarkan truk melintas.

Dan kami memutuskan bahwa gapura baru masih terlihat cukup bagus.

Bandung, 8 Agustus 2022

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun