Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jambangan Bunga Buatan Cina

5 April 2022   14:00 Diperbarui: 5 April 2022   14:05 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah salah satu contoh bagaimana alien gagal memahami manusia.

Kita telah menjadi bagian dari aliansi galaksi dan dipasangkan dengan spesies yang kira-kira mirip dengan kita. Mereka berjalan dengan dua kaki, dengan tingkat kemajuan teknologi yang sama, suka berperang tetapi sadar akan pentingnya perdamaian, dan menghirup oksigen seperti kita.

Ini adalah pertukaran budaya. Warga sipil yang secara sukarela disaring dan diizinkan untuk menerima alien di rumah mereka.

Militer tidak meminta sukarelawan, kami ditugaskan.

Aku adalah seorang pilot angkatan udara. Mahiwal Linukh. Nama julukanku adalah 'Mata Cokelat' atau singkatnya Maco. Aku berasal dari Aceh dan memakai lensa kontak warna hazel ketika bergabung dengan Angkatan Udara.

Pilot lain menganggap warna mataku lucu, dan ketika aku mengganti lensa kontakku dengan warna biru, julukan itu tetap melekat.

Aku selalu membawa potret mantan untuk keberuntungan. Potret itu mengingatkanku bahwa aku tidak akan rugi apa-apa dan dapat sepenuhnya maju ke pertempuran udara tanpa takut mati.

Aku menjelaskan kepada alien yang ditugaskan kepadaku bahwa pilot biasanya diberi julukan dan membawa jimat keberuntungan. Aku mengatakan kepadanya bahwa nama itu membantu persahabatan dan bahwa jimat memberi kami harapan atau fokus selama pertempuran. Ikatan batin dan takhayul bisa memenangkan perang, kataku padanya. Alien itu diam, berterima kasih padaku, dan kembali ke markasnya.

Dia datang berlari kembali ke saya seperti hewan peliharaan yang bersemangat enam jam kemudian dan memberi tahuku bahwa nama julukannya adalah Jambangan Bunga Buatan Cina dan menunjukkan padaku sendok sayur yang dia ambil dari dapur dan memberi tahuku bahwa itu adalah jimat keberuntungannya.

Aku pikir itu lucu. Aku tertawa dan terus tertawa. Meludah dan berbunyi ‘klik’  seperti yang dilakukan alien ketika mereka senang.

Dia kembali ke baraknya untuk memberi tahu rekan-rekan prajuritnya.

Kini semua alien memiliki nama panggilan acak empat kata dan membawa apa pun yang mereka lihat pertama kali sebagai jimat keberuntungan. Mereka tidak benar-benar memahami nilai sentimental.

Aku telah melihat kaus kaki, tali rafia, kapur barus, kerikil, dan pada satu kesempatan, kue sagon.

Bahkan ketika aku mencoba menjelaskan kepadanya bahwa dia salah, dia tidak peduli. Dia mengatakan itu sangat membantu.

Jadi sekarang aku menerbangkan helikopter empat tempat duduk dengan temanku Jambangan Bunga Buatan Cina dan dua temannya, Kap Lampu dari Rotan dan Gembok Kecil Rantai Sepeda. Menggantung di leher Kap Lampu kaleng minuman soda gepeng dan Gembok Kecil membawa biji mangga di sakunya. Sendok sayur Jambangan Bunga ditekuk di pergelangan tangannya seperti gelang.

Aku harus mengakuinya bahwa ide itu berhasil. Mereka tidak salah paham sama sekali. Aku sekarang lebih menyukai mereka dan itu membantu kami menjadi tim. Aku akan berjuang sampai mati untuk melindungi mereka.

Aku juga tidak lagi membawa potret mantan lagi. Sebagai gantinya, aku mengantongi penjepit kertas. Itu adalah hal pertama yang aku lihat di meja di samping keranjang sampah ketika membuang potret mantan.

Rasanya jauh lebih baik.

Bandung, 5 April 2022

(Memperingati First Contact Day, 5 April 2063)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun