Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Simbologi pada Kontak Pertama

5 April 2022   10:00 Diperbarui: 5 April 2022   10:02 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
roadtrafficsigns.com

Segala sesuatu tentang 'kontak pertama' ini sangat merepotkan. Tak satu pun dari kita bisa mengerti satu sama lain.

Kalian mengira kami akan menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari bahasa mereka sebelum turun untuk berbicara, tetapi tentu saja tidak. Bagaimanapun, manajemen tahu yang terbaik.

"Jangan khawatir, Jankom Wog," mereka memberi tahu dalam pertemuan pra-kontak, "Kamu adalah Ferengi yang tepat untuk pekerjaan ini! Itu sebabnya kami menugaskanmu! Kami memercayai kamu untuk pergi ke sana dan melakukan apa yang perlu kamu lakukan untuk membuat makhluk-makhluk itu berpihak kepada kita!"

Manajer sialan, mengira mereka tahu segalanya. Tidak satu pun dari mereka yang pernah menjadi Ferengi-di-tempat-kejadian-perkara untuk melakukan kontak pertama!

Mereka tidak tahu apa yang diperlukan. Yang mereka tahu hanyalah angka dan formulir laporan dan bahwa mereka harus membuatnya terlihat bagus untuk manajer tingkat lebih atas.

Kata mereka lebih baik jika kita tidak membuang waktu untuk apa yang mereka sebut sebagai 'omong kosong basa-basi verbal yang konyol'.

Karena itu, satu-satunya penelitian yang diizinkan untuk kulakukan adalah dalam simbologi mereka. Untungnya, dengan layar gambar dan penanda simbol di mana-mana, hal itu tidaklah terlalu sulit.

Aku memang belum mengerti semuanya, tentu saja, tetapi kebanyakan dari mereka sudah jelas artinya. Misalnya, tanda hijau dengan panah yang menunjuk ke kotak putih menunjukkan makhluk-makhluk itu bagaimana melarikan diri dari kotak penangkaran mereka. Atau kuning bersudut empat yang menunjukkan makhluk-makhluk itu bagaimana berjalan dengan cepat di antara garis-garis putih lapangan hitam yang sempit.

Aku pikir pengetahuan sudah cukup untuk dapat melakukan tugasku.

Aku diturunkan di tengah area luas yang penuh dengan makhluk. Mudah bagi mereka untuk memperhatikanku, tentu saja, karena aku hampir dua kali lebih besar dari mereka. Belum lagi bentuk membran tengkorak dan telingaku. Beberapa dari mereka mulai memekik dan melarikan diri, sementara beberapa lainnya mulai menggunakan peralatan dari kantong penyimpanan mereka untuk menyalakan lampu ke arahku.

Akhirnya, beberapa makhluk berbaju cokelat dengan simbol penguasa muncul dan menunjukkan simbol kekuasaan mereka padaku. Ini adalah orang-orang yang ingin kuajak bicara.

Hal pertama yang perlu kujelaskan adalah bahwa aku datang dengan damai, dimulai dengan memperkenalkan namaku.

Aku mencabut bolpoin laser besar dari kantong penyimpananku dan mengarahkannya ke tanah. Aku akan mengukir namaku di tanaman tanah hijau menggunakan simbol sehingga mereka bisa mengerti. Bagian bundar di sebelah kiri, mengarah ke busur besar ke atas, yang turun kembali ke bagian bulat lain di sebelah kanan. Sebuah titik tepat di bawah bagian atas busur, lalu garis bergelombang di atasnya.

Sempurna.

Aku menunjuk ke simbol itu, lalu ke diriku sendiri saat aku menyebut namaku.

"Jankom Wog!" Mereka melihatku, lalu ke simbol, lalu kembali menatapku.

Aku menunjuk simbol itu dan berbicara lagi, kali ini lebih keras. "Jankom Wog!" Lalu aku menunjuk diriku sendiri dan berbicara. "Jankom Wog!"

Makhluk-makhluk itu melihat bolak-balik beberapa kali sebelum mereka semua mulai terpental dengan aneh. Mereka tampaknya berada dalam semacam rasa sakit.

Beberapa dari mereka jatuh berguling dan memegang bagian tengah mereka, tidak dapat melakukan hal lain. Makhluk yang berkuasa meletakkan tongkat kekuasaan mereka dan membuat suara yang sama seperti yang lainnya.

Beberapa makhluk menghampiriku dan memukul punggungku dengan keras sambil tetap mengeluarkan suara itu. Wajah mereka tampak tertutup kegembiraan, bukan ketakutan.

Mungkinkah suara itu adalah semacam tawa versi mereka? Aku heran kenapa mereka menertawakan namaku.

Mungkin terlalu dini untuk kontak pertama di dunia ini. Manajer akan marah karena laporan mereka kacau-balau.

Bandung, 5 April 2022

(Memperingati First Contact Day, 5 April 2063)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun