Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembohong

4 April 2022   06:00 Diperbarui: 4 April 2022   06:23 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lilian hanya ingin mendapatkan kehidupan yang normal dan jika kamu bertanya kepadaku, dia pantas mendapatkannya. Dia adalah wanita yang baik dan cantik.

Tapi Pembohong tidak bisa berubah. Jika dia diberi pertanyaan, dia akan menjawabnya dengan kebohongan. Hanya itu cara dia.

Maka suatu hari, Lilian mengetahui pembohong tidak bisa berubah, membuat keputusan paling menakutkan dalam hidupnya. Dia bahkan bertanya kepada pembohong dengan mata cokelatnya basah oleh air mata dan kesedihan yang mendalam, apakah dia berpikir mereka akan lebih baik jika tidak bersama lagi.

Aku tidak perlu memberi tahu kamu bagaimana dia menjawab. Jadi, patah hati dan terluka, Lilian mengemasi tasnya dan pergi.

Lilian melamar pekerjaan di luar negeri  dan terbang ke sana minggu depan. Itu bukan pekerjaan impiannya, tetapi walaupun begitu, setidaknya dia bisa mengatakannya.

Kehilangan Lilian sangat memukul si Pembohong. Dia mencoba menulis pesan, dia ingin menelepon, tetapi dia tahu bagaimana akhirnya dan dia tidak menginginkan itu. Jadi, dia melanjutkan hidupnya sebaik mungkin. Dari pekerjaan yang buruk ke pekerjaan yang buruk lainnya, dan dari hubungan yang buruk ke hubungan yang buruk berikutnya. Dan seterusnya. Dan selanjutnya.

Beban penyesalan itu berat. Beberapa malam, ketika dia mencoba untuk tidur, dia bisa merasakannya mengimpit dadanya. Terkadang itu membuatnya berhenti bernapas.

Pembohong tidak melihat atau mendengar dari Lilian selama bertahun-tahun.

Namun, dia melihatnya tadi malam. Pertemuan itu tentu saja tidak direncanakan.

Lilian kembali ke kota, kembali dari luar negeri, untuk menghadiri pemakaman. Dia dan saudara perempuannya pergi ke kafe dan bersulang untuk mendiang. Dan si Pembohong juga ada di sana. Lilian melihatnya saat dia mengangkat gelasnya.

Berlawanan dengan akal sehatnya, Lilian mendekatinya. Kakinya goyah karena gugup, sama seperti si Pembohong. Tapi dia melakukannya. Lilian berjalan melintasi ruangan itu dan bergabung dengannya di mejanya. Terjadilah percakapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun