Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dampak Ekonomi terhadap Rumah Tangga

3 April 2022   18:00 Diperbarui: 3 April 2022   18:05 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Video call di ujung yang lain mengangkat pada dering kedua.

"Metaversa Familia, dengan Devi, ada yang bisa dibantu?"

"Nomor pelanggan 3034239-69."

Devi mengetik di komputernya. "Ah iya. Pak Syauki. Apa yang bisa saya bantu?"

Syauki tersenyum tipis. "Saya senang dengan layanan Metaversa Familia, tetapi saya tidak mampu lagi untuk membayar biaya berlangganan. Sekarang ekonomi lagi sulit."

Devi mengangguk. "Saya mengerti, Pak. Apakah Anda ingin mengubahnya ke versi yang lebih murah? Hanya sampai Bapak bisa bangkit lagi?"

Syauki menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tidak, saya pikir saat ini saya hanya ingin membatalkan langganan saya, jika Anda tidak keberatan."

Devi mengetik lagi. "Tentu saja, Pak. Apakah Anda perlu waktu, atau haruskah saya membuatnya efektif mulai dari sekarang?"

Syauki sudah mengambil keputusan bulat. "Segera lebih baik."

"Baiklah, Pak. Anda sudah membayar sampai akhir bulan April. Saya akan mundur ke tanggal hari ini dan kami akan mengirimkan pengembalian dana langsung ke akun Anda untuk selisihnya. Kami akan menginformasikan semua kontak Anda yang ada di data kami; kantor, alumni, sekolah, organisasi, komunitas, dan sebagainya. Apakah akan ada yang lain?"

"Tidak. Tidak, saya rasa tidak."

"Baiklah. Jika Anda ingin berlangganan kembali, cukup hubungi kami. Dan Pak, saya turut berduka atas kehilangan yang akan Anda alami."

"Terima kasih. Selamat tinggal."

"Selamat siang, Pak. Dan semoga hari Anda menyenangkan."

Layar menjadi gelap.

Syauki berpaling dari layar video tepat pada waktunya untuk melihat istri dan dua anaknya, berkumpul di ruang tamu bersamanya, berkedip dalam kabut biru listrik statis.

Keluarga maya yang dia kenal dan cintai selama dua belas tahun terakhir tiba-tiba hilang sebagai korban dari runtuhnya ekonomi.

Dalam waktu kurang dari satu detik, Syauki Kasepu bukan lagi seorang suami atau ayah.

Duduk sendiri dalam kesunyian yang tiba-tiba mencekam, dia bertanya-tanya, 

Apakah dia sekarang akan dianggap sebagai bujangan atau duda?

Bandung, 3 April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun