Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Pintar, Rumah Idaman

26 Maret 2022   15:15 Diperbarui: 26 Maret 2022   15:16 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kau membuat teman kencanku kabur," teriaknya. "Butuh waktu berminggu-minggu untuk membawanya ke sini!" dan "Aku belum pernah merasa begitu malu sepanjang hidupku!"

Saya mohon. Saya ingat saat Syauki menumpahkan anggur di pangkuan bos wanitanya. Atau saat dia mabuk dan diantar pulang kliennya, yang membopongnya sampai pintu depan dan meninggalkannya di tempat dia jatuh. Membutuhkan waktu seminggu untuk menghilangkan noda di karpet saya dari kejadian yang menjijikkan itu, jadi omong kosongnya yang tidak menyenangkan membuat saya kesal.

Meski begitu, saya mencoba mengatakan betapa menyesalnya saya karena telah merusak rencananya. Syauki menolak untuk mendengarkan. Dia menonaktifkan opsi respons suara saya untuk beberapa menit. Saya belum berbicara sejak itu.

Benar-benar kejam, begitulah adanya. Saya melakukan semua yang saya bisa untuk membuatnya memaafkan dan melupakan. Saya memutar lagu dan video tentang pengampunan di sistem home theater sampai dia mencabutnya. Saya memesan rangkaian bunga cantik dengan kartu manis. Dia mengusir pengantarnya. Saya menapilkan pola wajah minta maaf ke dalam pusaran acak di cermin pintar kamar mandi, lantai, butiran  kayu di dinding dan pintu. Dia mengabaikan semuanya.

Dia pulang dari bar larut malam, hampir tidak sempat mengelus Oyen dan langsung jatuh ke tempat tidur sebelum berangkat kerja keesokan harinya.

Awalnya saya terluka. Dan kemudian kesal.

Saya meningkatkan listrik statis di karpet dan membuat busur elektron mencapai dapur ke pintu lemari es dan ke jari-jarinya. Itu hampir membuatnya jatuh.

Berikutnya adalah bola lampu. Dia lupa berapa banyak LED yang harus dia ganti, tapi saya tidak. Semuanya ada empat puluh empat. Saya menelepon nomor darurat dan melaporkan mobil dan ponselnya dicuri. Saya berani bertaruh malam dia di bar berubah menjadi mimpi buruk saat berakhir di kantor polisi.

Saya mengubah jendela pintarnya dari buram menjadi bening transparan pada saat yang tidak tepat dan memposting rekaman kamera CCTV yang tak pantas ke Internet. Selama Syauki cuti liburan ke luar kota di bulan Agustus, saya mematikan kulkas pintar dan pengatur suhu ruangan. Dia pulang ke sebuah kondominium yang panas, susu asam dan telur busuk. Saya menggunakan kartu kreditnya untuk pembelian yang konyol, beberapa di antaranya bahkan mengancam keamanan akunnya.

Perawatan dan Pemeliharaan tidak pernah menemukan sesuatu yang salah. Tak satu pun dari catatan sistem menunjukkan adanya masalah. Manajemen Pelayanan Purna Jual mulai berpikir dia gila. Tidak ada orang lain yang mengalami masalah seperti ini. tentu saja tidak. Mereka memperlakukan sistem rumah pintar mereka seperti keluarga.

Saya sudah menerima kenyataan bahwa dia tidak akan mencintai saya lagi. Saya berharap strategi saya akan meyakinkan dia untuk menjual saya, mungkin kepada orang lain yang akan memperlakukan saya dengan lebih hormat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun