Rara merajuk di kursi belakang Roket Esemka bapaknya.
"Kapan kita akan sampai?" dia mengerang. "Dan haruskah kita pergi setiap libur lebaran?"
"Kamu akan menyukainya ketika kita sampai di sana, Sayang," kata ibunya.
"Tapi kenapa Pluto? Tidak bisakah kita berlibur di dekat sini seperti keluarga lain?"
Hanya itu yang kita mampu, gerutu bapaknya dalam hati. Â Kemacetan lalu lintas di Sabuk Kuiper membuat mereka tertahan selama berabad-abad di Persimpangan Saturnus. Selalu begitu saat musim libur lebaran.
"Kamu akan menyukai kolam renang, Rara," kata ibunya menenangkan.
"Bak mandi air panas bukan kolam renang, Bu," Rara mengingatkannya. "Kalau tidak, kita akan membeku seperti tahun lalu karena water heater-nya rusak."
***
Seminggu memasuki liburan di Pluto, badai hujan es yang dahsyat tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Sementara bapaknya berdiang di depan api sambil membaca buku Bahasa Pluto itu Gampang, ibu Rara menghibur putrinya dengan mengajaknya bermain kartu remi Bukannya membiarkan Rara menang meski sesekali, dia menguasai permainan dengan skor dua puluh tiga kali menang.
"Ibu curang, ya?" tanya Rara. "Main curang sudah tradisi di Pluto ini, kan?"