Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terkucilkan (dan 2 Puisi Lain)

25 Maret 2022   22:00 Diperbarui: 25 Maret 2022   22:03 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkucilkan

jauh dari keramaian
dari hiruk pikuk pesta
kincir angin berputar mundur
mata air terisak sunyi
tertatih-tatih sakit
pantai bulan luas
dan di dalam ruang sempit dan setengah panas
aku jatuh
tertidur tanpa jaga, kepala di siku
terang aura halo
era tidak manusiawi

trotoar berlumpur
sirkus polos menolak minum
jauh dari lagu terlahir dari keengganan
tawa jahil pahit
sakit memudar menggetarkan akar
aku lebih suka kematian
tinimbang harga diri digadaikan

Bandung, 25 Maret 2022

Jika Dia Datang

lebih dari rasa malu
bertanya pada tetangga
sudilah meminjamkan gaun
pemantas jatuh cinta

juga memohon padanya
untuk tidak berbagi rahasia
dengan kawanan burung pipit
karena pipit terus-menerus bercuit
gosip yang paling berderit

berlari saat angin hampir mengangkat beban
sebuah pertanyaan mengganggu
apakah dia benar-benar akan datang?
akankah hujan di bulan Juni?

parfum yang di sisihkan untuk gerimis
isi kotak yang manis

seharusnya kuhias jendela dengan setangkai kembang
bagaimana jika dia tidak membawa bunga mawar?
tahukah kursi-kursi ini siapa yang duduk di atasnya?

jarang membaginya dengan apa pun
simpan diamku

mereka pikirkan hari ini
bergetar seperti hatiku?

yang mengetahui rahasia
apakah dia juga merindukannya?

jika dia inginkan teh cendana
akankah kutuangkan secangkir untuknya?
tersedak karena rasa pahit?

mungkin bertanya padanya
bertahan sebagai bujangan selama bertahun-tahun
mengapa tanganmu diam?

Tidak!
Tidak, takkan menuangkan teh
atau pertanyaan

Hanya saja
andai saja
dia datang...

Bandung, 25 Maret 2022

Pintu

aku biarkanmu tertutup
dari semua kemungkinan
dari hati kesunyian
jangan tulis namaku
yang kugores sekarang
bukan qasidah atau puisi

ambil kayu kering
bakar kenangan berdarah!
bakar jadi bara
sebar abu ditiup bayu
jauh dari mata kanak-kanak
lupakan yang mencuri jubah
yang telah kita peroleh dari sejarah
menempel di punggung
lalat berkerumun penuh semangat
berkerumun di sana

yang buta huruf
tersandung pada sisa surat
bertebaran di jalan sesat

robek halaman ini jika harus
dikutuk seseorang yang lebih
dalam sejarah

jangan tulis namaku di atasnya
Karena, mungkin lebih dari sekadar puisi
anak-anak kita membersihkan diri
dari perang kotor
pilih nama baru

Bandung, 25 Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun