Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jerit tanpa Judul (dan 2 Puisi Lain)

25 Maret 2022   10:10 Diperbarui: 25 Maret 2022   10:21 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jerit tanpa Judul

Aku akan membakar, lagi
layaknya Nero bumihanguskan Roma
mati-matian berusaha puaskan dahaganya

seperti yang dilakukan komunis sosialis
mencoba mengalahkan masa lalu
buku demi buku sastra religi berikut penyairnya

jika itu akhirnya akan menghapus puisimu
dari ingatanku
kata-kata peredam rasa sakit
dan cintamu untuk kekasih lain
mengalir asam di lukaku

dan dari dalam ke luar
semen mengeras
mengubahku jadi batu

Pancuran Adrenalin

setelah kamu menciumku
tak bisa makan, minum, tidur, berak, napas
membeku waktu menyelimutiku

bagai kepompong
tetes air liur mendidih darah
tetesan keringat
basahi air mata

ingatkan pada Caliban bermata tiga
lidahnya bercabang
Imaji bermigrasi dari puisi ke puisi
bertentangan dengan gairah keinginan

menjelaskan dengan takjub
jarak tipis nafsu dan cinta
perjalanan pulang pergi antara kini dan neraka
'ku berlatih dengan susah payah, gumammu

bibir masih melekat
lamunan bekelindan melilit
seperti pohon telang berputar di pagar
matamu terbakar
membuatku layu
seperti sinar-X
menghukum
remah rengginang dan asam lambung
dari fajar hingga senja

Kisah Penjajah

Kawanku dari seluruh dunia mempertanyakan hak
untuk menceritakan kisah ras lain
tapi aku keras kepala
terus menulis kisah tentangmu

menulis dalam diam
di kamar losmen melati yang norak
dua sisi dunia

kau ukir kata-kata langsung di kulit
seperti pendeta penebusan dosa
dosa orang lain
darah dalam noda penuh curiga
menetes seperti siksaan air Cina
setetes demi setetes
mengubahmu
dari korban menjadi eksekutor

rasa nyeri menyebar di udara
aroma harum bunga mawar
menunggu untuk diberi nama

suku kata  menyelinap menginseminasi
hubungan intim tanpa kelembutan
fertilisasi in-vitro
akhirya membenarkan
sperma menggeliat dipilih secara acak
dari gelas plastik
menembus telur di luar kehendak
penulis membungkuk di atas meja
masih berjuang untuk mengerti arti
makna setiap aksara
dan ketika maut datang
warna tak lagi jadi problema

Bandung, 25 Maret 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun