Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masa Kanak-Kanak

24 Maret 2022   20:20 Diperbarui: 24 Maret 2022   20:24 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang bisa kamu ingat tentang masa kanak-kanak? Hanya sejauh tahun-tahun dalam memori.

Jika tidak, semuanya hanya rasa: tekstur bulu kucing, butiran halus linoleum di telapak jari kaki, bubur dalam mangkuk keramik, kerupuk dalam stoples.

Jam dalam bingkai, dipaku ke sudut dinding kanan, tempat yang sesuai untuk menggantung.

Cerita. Potret. Garis yang jelas membuat kenangan antara awal dan akhir. Ibu masuk, saudara keluar. Ayah, keluar dari pintu kamar tidur.

Bingkai. Sudut. Sesuatu yang berbeda.

Semakin kamu fokus menatap masa lalu, bentuknya semakin rata dengan latar belakang.

Aku yakin ayah memiliki tekstur. Tangannya menyendoki ketiakku dan menaikkan ke boncengan sepeda. Napasnya menyerempet wajahku saat dia tertawa. Tentang sesuatu di acara piknik hari Minggu.

Dia pasti memelukku begitu dekat dengan napasnya. Tapi aku tidak merasakan hal-hal ini. Aku hanya tidak bisa merasakannya.

Semakin kamu fokus menatap masa lalu, tampaknya semakin tidak nyata.

Kusen jendela. Acara iklan TV yang tak masuk akal. Kelereng di kolong tempat tidur, dan aku bertanya-tanya ke mana saudaraku sekarang. Aku ingin tahu apakah dia lari, bahkan saat dia tidur. Aku ingin mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, tetapi aku khawatir aku tidak akan merasakannya.

Aku takut jari-jariku akan meluncur menembusnya.

Sebuah kamar tidur. Sebuah lemari penuh dengan buku. Kakak perempuanku bersembunyi di balik seprai, di balik rambutnya, bersembunyi. Aku bisa menarik rambut dari wajahnya, dan mungkin, mungkin saja, aku akan melihat seperti apa rupanya.

Bagian bawah sadar memori, partikel yang mengapung. Perhatikan bagaimana mereka menari dalam cahaya yang menerobos melalui tirai. Berkilau, tetapi tidak pernah menyentuh telapak tanganku.

Semakin kamu fokus menatap masa lalu, semakin merasa itu tidak pernah ada.

Sebuah pintu. Mungkin radio.

Sudut-sudut rumah menjadi kabur, dan ibuku adalah satu-satunya yang memiliki garis yang jelas, dengan butiran halus. Di tengah bingkai. Tahun-tahun itu.

Matanya hijau, pemandangan yang akan selalu kutanyakan. Begitu banyak perasaan. Kalau tidak, masa kecil.

Sebuah dapur. Bak cuci karat air sabun. Seekor anjing kucing berbaring di linoleum.

Aku meletakkan kelereng di lantai dekat kompor, dan benda dari beling itu akan menggelinding ke balik pintu.

Sebuah garis panjang. Bagian bawah bingkai. Cerita. Potret. Memberi tahuku bahwa aku boleh merasakan satu hal

Apa yang akan aku pilih? Apakah itu pilihan yang memang kita buat?

Bandung, 24 Maret 2022 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun