Pohon itu masih mengabaikannya.
"Nah, setelah kamu tahu cintaku padamu, kamu harus memberitahu daku jika kamu juga mencintaiku. Jika kamu membalas cintaku, jangan berkata apa-apa! Karena kata-kata tidak akan pernah bisa sepenuhnya menggambarkan perasaan itu. Tapi jika kamu menolaknya daku, bicaralah sekarang dan kemudian pergilah. Tinggalkan aku dalam kesedihan dan air mata...."
Pohon itu, tentu saja, tidak mengatakan apa-apa.
Dengan penuh sukacita, Pangeran melakukan tarian dayung perahu sebagai tanda pertunangan mereka. Setelah menyelesaikan upacara 'tanda jadi', Pangeran mendekati cintanya dengan maksud baru.
"Kita harus segera menikah sayangku, sayangku, bibit pohonku! Karena daku takut jika kita menunggu, beberapa pangeran yang mengalami gangguan mental akan datang dan mengambilmu dariku! Tapi pertama-tama, aku harus tahu namamu!"
Pohon itu tidak mengatakan sepatah kata pun.
"Kenapa kamu begitu malu denganku, sayangku?" sang pangeran tersentak. "Mungkin kamu tidak punya nama? Baiklah kalau begitu, mulai sekarang kamu akan dikenal sebagai Fuan! Ya, Fuanlicia, Putri Pohon yang Pemalu...."
Dan dengan itu, Pangeran Kirang Se-On buru-buru lari untuk merencanakan pesta pernikahan.
Kemudian dia dan Fuanlicia Putri Pohon yang Pemalu hidup bahagia selamanya, sampai Fuan meninggal secara tragis saat melahirkan.
Jangan tanya anaknya seperti (si)apa.
Bandung, 23 Maret 2022