Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

6 Alasan Mengapa Kakakku Membenciku

22 Maret 2022   10:10 Diperbarui: 22 Maret 2022   10:20 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Fugia marah atau takut, mesin-mesin meledak. Mungkin sekarang kamu mengerti mengapa dia bisa melarikan diri dari tempat di mana kami baru terbangun dari kabut obat bius.

Fugia sangat marah hari itu.

Pada akhirnya, dia tidak bisa menyelamatkan siapa-siapa kecuali aku. Ratusan atau ribuan telur yang dibuahi, klon dalam berbagai tahap perkembangan. beberapa dibedah atas nama Sains. Semua mati sementara aku hidup.

Aku tidak tahu apa yang kuperbuat. Ingatan pertamaku jingga dan kuning dan tebal, asap hitam pekat, bau daging gosong, raungan dan gemerisik, gelembung putih panas di kulitku. Naluriku membengkokkan energi menjauh dariku, melindungiku dari kobaran api sementara yang lain terbakar.

Dia memanggilku Koda karena aku yang terakhir.

Dia membenciku karena aku selamat sementara semua yang lain mati. Aku membisikkan ini untuk diriku sendiri setiap hari sebagai penebusan dosa.

EMPAT

Kakakku yang cantik dan cerdas, Fugia, tidak punya bakat dengan manusia.

Aku punya bakat itu.

Aku dapat melihat untaian tipis yang membuat hubungan antara orang-orang: keluarga, teman, kekasih, rekan kerja semuanya dihubungkan oleh utas energi. Melintasi jarak, melintasi waktu, kita terhubung dalam jaringan yang besar dan kusut.

Aku bisa melihat utasnya, dan aku bisa mengikutinya. Memanipulasi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun