Dilma lima puluh tujuh tahun, sepuluh bulan lebih tua dariku. Dia adalah sepupu kesayanganku, sahabatku.
"Maaf, tapi aku harus menutup telepon. Sedang menunggu telepon dari pemakaman," kata Dilma.
"Mengapa?" tanyaku. "Siapa yang meninggal?"
"Aku."
"Enggak lucu."
"Aku enggak bercanda, Him. Dokter mengatakan tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan."
"Pasti ada kesalahan." Aku merasakan sesuatu tersangkut di tenggorokanku.
"Tidak ada yang salah. Ginjalku jelek."
"Aku ... aku tidak percaya." Aku meneteskan air mata.
***