Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukan untuk Melupakan, tapi untuk Memaafkan

19 Maret 2022   07:12 Diperbarui: 19 Maret 2022   07:42 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'tuk pinta maaf
'tuk rindu tobat
'tuk kesedihan di hati
'tuk kini akui
kita penyebab rasa sakit ini

kita dengan egois
akankan membuat lebih baik?
akankah merasa baik bahwa kita merasa buruk?
apakah kata-kata yang kita ucap penting?

tindak laku dan kata
mungkin tidak dimaksudkan 'tuk menyakiti
namun 'tuk melucuti
tapi dengan kebijaksanaan
waktu menguasai segalanya

berlalunya hari
hari berlalu
kita akui kita 'salah'
pandang kesalahan dengan cara kita
kita masih memiliki asa

'tuk raih lagi apa yang kita katakan
atau lakukan
mematikan pikiran selamatkan jiwa
kosongkan ingatan
'tuk tetap memar 'tuk harga diri
kurangnya pemikiran
atau pertahankan keegoisan

melepaskan semua rasa sakit
menenangkan detak pengguncang payudara
menenangkan hati
bagai hujan membasuh kesumat

bukan 'tuk melupakan
tapi 'tuk memaafkan
'tuk singkirkan dendam

menghindar aral kehidupan
terangkan jalan yang kita lalui
dan kemudian, dengan setara
merasa benar
'tuk mereka yang telah menyakiti kita
'tuk meninggalkan arena pertarungan mereka
'tuk menebus salah
kekasih nan tak berjantung hati
teman yang menang sendiri
saudara dibutakan oleh curiga

'tuk kerinduan kita sejati jujur
keinginan jiwa
kita ke mereka
rumit

maaf dengan tulus
lebih langka dari batu mulia
ditambang di tambang mana juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun